Sabtu, 10 Juli 2010

USIA - Dalam Kehidupan Muslim

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman ; Artinya : “Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah di-tentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.” (Al An’aam : 60)

Beberapa hari lagi kita akan memperingati detik-detik proklamasi kemerdekaan bangsa sekaligus negara Republik Indonesia yang ke-54. Kalau negara RI ini adalah seorang manusia maka usia 54 bagi manusia adalah usia yang sangat matang dan bahkan kalau dikaitkan dengan masa kerja di kantor, setahun lagi dia akan masuk masa pensiun. Di usia 54, pada umumnya daya kekuatan manusia (daya olah tubuh dan daya olah pikir) sudah mengalami banyak penurunan, bila dibandingkan dengan usianya saat 40 – 50 tahun. Inilah salah satu alasan mengapa ada kebijakan untuk memberikan pensiun kepada para pekerja yang berusia 55 tahun ke atas.

Usia manusia adalah masa, waktu hidupnya sejak dilahirkan sampai pada suatu sa’at tertentu dengan batasnya adalah sa’at wafatnya. Setiap detik, menit, jam dan hari yang berjalan bagi seorang manusia berarti bertambahnya usia orang tersebut sampai suatu sa’at dia tidak dapat lagi menyaksikan pergantian siang dengan malam karena sudah tutup usianya. Kalau ber-patokan pada usia Nabi SAW waktu Beliau wafat, maka usia manusia atau waktu hidup manusia di akhir zaman ini secara normal adalah lebih kurang 65 tahun. Kalau ada yang melebihi batas tersebut, misalnya sampai usia lanjut 70 keatas, bahkan ada yang lebih dari 100 tahun (suatu hal yang langka), maka orang tersebut telah mendapat bonus atau tambahan.

Panjang Usia

Pada umumnya semua manusia ingin hidup lebih lama di dunia, dimana hal ini sebenarnya ini bukan hal baru lagi. Masalah ini sudah ada sejak zaman Adam dan Siti Hawa sebelum terusir dari surga. Justru keinginan untuk panjang usia, dan abadi itulah yang menjerumuskan mereka; ditipu oleh syaitan Iblis yang memang menaruh dendam kepada mereka, sehingga akhirnya mereka diusir ke bumi.

Dalam Al Qur’an dikisahkan : “Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (Thaahaa : 120)

Oleh syaitan pohon itu dinamakan “Syajaratulkhuldi” (pohon kekekalan), karena menurut bisikan syaitan orang yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan mati.
Sampai sekarang ini tanpa kita sadari godaan syaitan berupa “Syajaratul-khuldi” itu masih berlanjut dalam bentuk dan kemasan semakin canggih. Coba perhatikan iklan-iklan yang ada di media massa (media elektronik dan juga cetak) yang membisikkan janji-janji kekuatan dan kesegaran tubuh serta awet muda bila mengkonsumsi suatu minuman dan makanan atau obat merek tertentu. Untuk lebih menarik maka iklan-iklan tersebut kebanyakan dikemas dalam bentuk percakapan yang menjurus ke urusan ranjang. Banyak yang terbius dengan keampuhan iklan syaitan ini, terbukti dari sering diberitakannya di media tentang laki-laki berusia separuh baya yang mati di tempat wts (pelacuran). Indikasi penyakitnya adalah serangan jantung karena terjadinya peningkatan aktivitas aliran darah (metabolisme dalam darah). Hasil pemeriksaan lebih lanjut adalah orang tersebut meminum suatu obat sebelum melakukan aksinya di sana. Kembali syaitan memenangkan perseteruannya terhadap Bani Adam dan itu berarti satu anak Adam lagi telah terjerumus ke dalam lembah kenistaan.

Panjang Usia Menurut Islam

Islam tidak melarang seseorang untuk berusaha dalam menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dengan harapan cara tersebut dapat memperpanjang usianya, selama hal itu dilakukan sesuai ajaran Islam dan dengan pasang niat yaitu akan didayagunakan sesuai ajaran Islam. Islam mengajarkan bahwa usia panjang adalah kenikmatan dari Allah SWT, apabila usia panjang itu dipergunakan sesuai ajaran agama misalnya yaitu untuk mengerjakan kebaikan. Diriwayatkan dalam suatu hadits, ketika Rasulullah SAW ditanya tentang manusia yang paling baik, Beliau menjawab dengan sabdanya :“Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya.” (HR. At Tirmidzi)

Dengan konsep (hadits) di atas, maka perjalanan hari demi hari, tahun ke tahun dalam kehidupan seorang itu akan dicatat sebagai pertambahan usia yang berkwalitas baik apabila dalam setiap waktu yang dilaluinya itu digunakannya dalam berbuat amal kebaikan. Bahkan bila dia sakit dan selama sakit itu tidak dapat berbuat amal kebaikan, maka malaikat tetap akan mencatat pahala amal kebaikannya itu sesuai sabda Nabi SAW : “Apabila seorang hamba sakit sedang dia biasa melakukan sesuatu kebaikan maka Allah berfirman kepada malaikat : “Catatlah bagi hamba-Ku pahala seperti yang biasa ia lakukan ketika sehat.” (HR. Abu Hanifah)

Oleh karena itu separah apapun sakit seseorang itu maka janganlah putus asa dari kesembuhan. Nabi SAW mengajarkan kepada umatnya agar berikhtiar mencari pengobatan apabila terkena sakit. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun).” (HR. Ashabussunnah)

Ada pertanyaan, mengapa ada sakit (bukan karena pikun) yang tidak dapat disembuhkan? Hal ini adalah karena obat dari penyakit itu belum diketahui (ditemukan) oleh manusia Dalam suatu hadits dikatakan : “Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti.” (HR. Bukhari, Muslim)

Bagaimana hukumnya apabila obat yang menyembuhkan itu adalah berupa barang yang diharamkan? Yang haram tidak dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit, sesuai sabda Nabi SAW : “Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan atas kamu.” (HR. Baihaqi)

Melewatkan Usia Cara Islam

Orang Muslim itu baik berusia pendek ataupun panjang maka ketakwaannya sajalah yang menentukan kedudukannya di hadapan Allah SWT. Ketakwaan seorang hamba terhadap Al Khaliq dituntut semasa hidupnya di dunia karena itulah salah satu tujuan manusia dihidupkan di muka bumi ini, sesuai firman Allah SWT dalam Al Qur’an : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzaariyaat : 56)

Apapun yang dilakukan seseorang itu hendaklah berpatokan pada hukum di atas yaitu segala tindakan (baik untuk urusan dunia maupun akhirat) maka hendaklah berpijak pada karena Allah semata, dalam kerangka menghambakan diri (menyembah) kepada-Nya. Penyembahan kepada Allah tersebut tidak dapat dipilah-pilah hanya dalam bentuk ibadah wajib seperti sholat, puasa, zakat dan haji tetapi adalah secara totalitas dalam setiap gerak-gerik kehidupan sehari-hari, sesuai ikrar yang selalu kita lafadzkan dalam do’a pembuka (iftitah) waktu shalat : “Inna sholaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillahi robbil’alamiin - Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,”

Bahkan sa’at diam seperti istirahat (tidur) di malam hari merupakan ketakwaan bila dilakukan dengan benar sesuai ajaran Islam (Lihat antara lain surah Yunuus : 67)

Syukur Atas Nikmat Usia

Usia adalah nikmat dari Allah yang wajib disyukuri secara benar. Cara terbaik menampakkan rasa syukur itu adalah dengan melewatkan usia tersebut dalam kerangka menghambakan diri kepada Allah semata dengan tidak menyekutukan-Nya.
Semoga di usia republik ke 54 ini, kita umat Islam mampu merayakannya dengan cara yang sesuai ajaran Islam dan mudah-mudahan pula syariat Islam dijalankan secara benar, tidak separoh-separoh; dengan kaffah (totalitas) oleh penganutnya di Indonesia, sehingga Insya Allah negara kita termasuk dalam golongan “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur – negara yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Waladzikrullahi Akbar.

Jum’at , 1 Jumadil Ula 1420 H - 13 Agustus 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar