Minggu, 11 Juli 2010

AIR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Air tanah di DKI makin memprihatinkan (Harian Republika, Hal. 3, Jumat, 6 Juni 1997). Kodya Medan terancam kekurangan air minum (Bisnis Indonesia, Hal. 24, Sabtu 7, Juni 1997). Dalam rangka Hari Lingkungan Hidup, (5 Juni 1997), Bank Dunia serukan 10 langkah penyelamatan bumi, a.l. isinya membuat air sebagai aset ekonomi (Bisnis Indonesia, Hal. 3, Sabtu, 7 Juni 1997). Membaca berita tersebut saya teringat pada tahun 1994 ketika Bapak Presiden mencanangkan penghematan pemakaian air. Tersadar dan prihatin. Waktu itu rasanya seperti baru dibangunkan dari mimpi indah dan kemudian kini harus menghadapi kenyataan bahwa air itu sudah terasa langka seperti tak ubahnya minyak bumi. Air yang selama ini dianggap sebagai sumber daya alam yang tidak terbatas ternyata telah menjadi salah satu komoditi penting yang sangat bernilai ekonomis, terutama bagi kita yang tinggal di kota besar. Lihat saja produksi dan penjualan AMDK (air minum dalam kemasan) dengan berbagai merek, dari kemasan plastik botol kecil sampai galon besar, dari merek terkenal sampai merek pinggiran, dari yang beriklan tiap hari di tv sampai yang dijajakan di lampu merah, dari yang berizin sampai yang tidak, dari yang asli sampai yang dipalsukan, dari yang bersumber mata air gunung sampai yang hanya dari air galian sumur, semuanya ikut meramaikan pasar.

Manusia butuh air.

Tubuh manusia normal terdiri dari dzat cair kira-kira 70% dari berat badan. Karena aktivitas sehari-hari dan mekanisme dalam tubuh manusia, maka sebagian dari dzat cair itu akan keluar dalam bentuk air seni dan keringat. Agar tidak terjadi dehidrasi yaitu kekurangan cairan dalam tubuh, maka dzat cair yang keluar itu harus diganti dengan minum atau makan. Tubuh yang kekurangan cairan dapat menjadi lemah, bahkan bisa mati sehingga untuk menjaga keseimbangan, manusia harus dekat dengan air; tidak dapat terlepas jauh, baik untuk diminum maupun untuk keperluan lain.

Jadi tidaklah heran kalau dari hasil penelitian-penelitian arkeologi ditemukan bahwa fosil manusia terdapat di sekitar DAS (daerah aliran sungai). Kebudayaan Mesir kuno di sekitar sungai Nil; Babylonia di area Mesopotamia (antara sungai Tigris dan Eufrat). Lihat juga fosil tengkorak manusia purba di Trinil Jawa Tengah juga ditemukan di DAS. Sampai abad sekarang juga banyak kota-kota besar yang berdiri disekitar DAS, misal Jakarta dengan Ciliwung, London dengan sungai Thames dan sungai Rhein bagi beberapa kota di Eropah.

Masalah yang dihadapi.

Saat ini untuk memenuhi kebutuhan air, tidak perlu harus tinggal di tepi sungai karena sudah tersedia air PAM yang disalurkan ke rumah melalui pipa. Yang menjadi permasalahan adalah dari mana sumber air untuk PAM itu harus diperoleh, dari sungai yang mana atau dari waduk air yang mana dapat dialirkan dan berapa jumlah debit air setiap hari yang dapat dialirkan.

Di Jakarta pertambahan jumlah penduduk baik dari kelahiran maupun dari para pendatang urbanisasi, tidak hanya membawa dampak bagi perkembangan kota menjadi kota metropolitan saja tetapi juga pada hal lain (sebagai bentuk pelayanan yang harus disediakan oleh kota metropolitan) yaitu perumahan dengan segala macam aspeknya seperti sektor perhubungan (transportasi dan tertib lalu lintas), pengadaan lapangan kerja, pengadaan lahan untuk perumahan, pengadaan bahan material untuk mendirikan rumah dan yang paling penting air untuk minum, mandi dan cuci.

Menurut ilmu kesehatan, kebutuhan tubuh manusia yang normal untuk minum setiap harinya adalah sebanyak l.k. 8 gelas atau kira-kira sebanyak 4 liter. Belum termasuk untuk kebutuhan mandi, cuci dan keperluan lain. Bila penduduk Jakarta pada saat ini katakan lebih kurang berjumlah 10 juta jiwa, maka setiap hari dibutuhkan air untuk minum saja sebanyak 40 juta liter. Coba kalau ditambah dengan keperluan mandi, cuci (pakaian, alat dapur, makan, kendaraan), menyiram tanaman dsbnya, berapa ratus juta liter air yang dibutuhkan untuk hanya kota Jakarta saja dalam sehari. Bayangkan betapa repotnya Pemerintah DKI Jaya (cq. PDAM) dalam upayanya memasok air untuk kebutuhan warga. Memang ada sebagian masyarakat yang tidak mengusik PAM karena kebutuhan airnya diadakan melalui pengeboran/pemompaan air tanah (sumur artesis) di area bangunannya sendiri, tetapi saat ini keadaan 2/3 air tanah di DKI Jakarta sudah pada tahap yang mengkhawatirkan akibat banyaknya gedung-gedung bertingkat yang tumbuh dimana kebutuhan airnya diambil dari air tanah dan lahan parkir bawah tanahnya juga turut merusak lapisan air dangkal. Eksploitasi air tanah yang berlebihan inilah menyebabkan kondisi kritis yaitu terjadinya intrusi air laut (air laut meresap melalui pori-pori tanah ke daratan) yang dapat menggerogoti rangka besi beton rumah dan gedung, juga dapat menimbulkan rongga-rongga di dalam tanah yang sewaktu-waktu dapat menenggelamkan ibukota, Jakarta, ke dalam tanah sebagai akibat beban berat dari gedung-gedung di atasnya. Berapa besar kerugian yang akan menimpa apabila musibah itu terjadi?. Itulah sebabnya Pemda DKI juga sudah mengeluarkan peraturan penggunaan air tanah untuk mencegah hal yang tidak diinginkan tersebut.

Permasalahan kedua adalah bagaimana kwalitas air yang disalurkan melalui pipa PAM tersebut. Kita lihat banyak air sungai yang tercemar oleh limbah pabrik dan oleh limbah rumah tangga, juga oleh limbah pertanian akibat penggunaan pestisida dan insektisida yang mengalir ke sungai. Mungkin saja dengan teknologi canggih hal ini dapat diatasi (misal seperti yang dilakukan pada proses desalinisasi air laut), tetapi permasalahan lain,

ketiga, adalah apakah teknologi itu sudah kita miliki karena harganya yang relatif mahal. Apakah kelak teknologi itu tidak kalah dalam adu cepat dengan pencemaran air oleh masyarakat. Sementara di kalangan kita masih banyak yang belum sadar akan arti penting PROKASIH (Program kali bersih). Pencemaran air oleh limbah pabrik sementara ini sudah dapat diatasi oleh Pemerintah melalui proyek AMDAL (Analisis mengenai dampak lingkungan), UKL (Upaya pengelolaan lingkungan) dan UPL (Upaya pemantauan lingkungan) sebagai persyaratan perizinan, tetapi limbah sawah pertanian atau limbah rumah tangga (berupa sampah, sisa cuci pakaian yang menggunakan sabun detergen ataupun kotoran manusia) yang dibuang ke sungai, siapa yang mengawasi? Adakah sebagian dari kita yang pernah memperhatikan sudah berapa banyak jumlah atau jenis ikan sungai yang punah akibat terkena pencemaran?.

Permasalahan keempat yang timbul adalah pembuangan air limbah bekas pakai itu sendiri.

Kalau masih seperti di atas maka persoalan ini tidak akan ada habis-habisnya untuk dibahas. Nyatalah kalau kebutuhan akan air minum yang bersih dan sehat sangat dibutuhkan sekali sekarang ini. Peraturan yang ada kelihatannya belum cukup untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya lingkungan yang bersih dan air yang bersih. Kerusakan alam ini adalah karena perbuatan manusia sendiri, demikian firman Allah SWT : "Telah nyata kerusakan di darat dan di laut dengan sebab perbuatan tangan manusia, supaya Dia merasakan kepada mereka sebagian akibat dari yang mereka perbuat supaya mereka kembali" (Ar Ruum : 41)

Ingatlah sabda Rasulullah SAW kepada seorang sahabat yang menggunakan air secara berlebih-lebihan ketika berwudhu : "Pemborosan apa itu, hai Sa'ad?" Sa'ad bertanya, "Apakah dalam wudhu ada pemborosan?" Nabi menjawab, "Ya, meskipun kamu (berwudhu) di sungai yang mengalir". (HR. Ahmad).

Hemat air.

Konteks hadits di atas terasa benar dengan permasalahan yang kita hadapi sekarang. Wudhu adalah wajib dalam rangka menegakkan sholat sebagai pertanda bahwa kita dalam keadaan bukan saja jasmani yang bersih tetapi juga dengan hati bersih (qalbin saliim) ketika menghadap kepadaNya. Berwudhu yang hanya membutuhkan air sedikit sajapun, kita harus berhemat dalam penggunaannya, walau di sungai yang airnya mengalir sekalipun. Kalau tidak ada air, tetap harus wudhu yaitu dengan cara tayammum (dengan debu halus yang bersih) sampai ditemukan air. Nah, bagaimana dengan minum? Apakah kalau tidak ada air lantas kita harus minum debu sebagai pengganti air. Tentu tidak. Caranya adalah hanya berhemat dalam penggunaan air.
Kita lihat berapa banyak kendaraan di kota Jakarta dan berapa juta liter air yang diperlukan untuk mencucinya (pakai air PAM lagi). Coba lihat air di tempat mandi masing-masing, berapa liter setiap harinya yang terbuang percuma karena lupa atau terlambat menutup kerannya. Coba lihat air di dapur untuk mencuci piring kotor, berapa liter setiap harinya yang terbuang percuma karena cara mencuci yang salah. Coba lihat pula setiap hari, air yang kita pakai di wastafel untuk membersihkan mulut, gigi dan cuci tangan; berapa banyak yang mengalir terbuang percuma sementara kita sedang berkumur atau menyikat gigi. Belum lagi kebocoran pipa PAM di jalanan yang jumlahnya membuat iri dan prihatin bagi yang haus air bersih. Kalau harga air PAM per liter pada suatu saat kelak sudah sama atau bahkan lebih dari harga emas per kg, maka itu adalah karena kesalahan kita sendiri.

Firman Allah SWT : "Dan apa-apa yang menimpa kamu dari musibah, maka disebabkan usaha tanganmu" (Asy Syuuraa : 30)

Rasulullah SAW dalam suatu hadist diriwayatkan pernah bersabda : "Bersih adalah bagian daripada iman" (HR. Al Baihaqi)

Beliau juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk dalam keadaan bersih ketika harus berdakwah menyampaikan wahyu (Al Muddatstsir : 4).

Jadi Islam telah mengajarkan kebersihan sejak 14 abad yang lalu. Bersih di sini adalah dengan segala aspeknya yaitu bersih (baik) cara menggunakannya, bersih sumbernya, bersih hasilnya dan bersih air limbahnya. Jadi harus melalui pemakaian dan pembuangan air yang benar, terarah; tidak membuang limbah kotor dengan maksud menjaga kebersihan tetapi membuat kotor di tempat lain. Tetap menjaga sumber-sumber air itu agar selalu terpelihara kelestariannya.

Pemeliharaan sumber air.

Hutan adalah sumber penyimpan air yang paling utama. Air hujan yang bersih turun kemudian ditahan laju alirannya oleh pohon dan akarnya, meresap kedalam tanah dan mengalir melalui pori-pori tanah menuju sungai dalam tanah lalu ada yang timbul menjadi mata air, sebagian tersimpan di dalam kantong-kantong air tanah di bawah tanah, sebagian dikonsumsi oleh tumbuh-tumbuhan sehingga menyuburkannya dan sebahagian lagi mengalir menuju ke sungai-sungai untuk dimanfaatkan manusia dan sebagian ada yang ke laut yang kemudian kelak akan menguap untuk kembali menjadi air hujan yang bersih.

Allah SWT berfirman : “Dan Dia yang mengirimkan angin sebagai kabar gembira di hadapan rahmat-Nya. Dan Kami turunkan air dari langit yang membersihkan”, (Al Furqaan : 48)

“Supaya Kami menghidupkan de-ngannya bumi yang mati dan Kami memberi minum dengannya apa yang Kami ciptakan (yaitu) hewan-hewan dan manusia”. (Al Furqaan : 49)

"Dan sungguh Kami menggilirkan hujan di antara mereka agar mereka mendapat peringatan, maka kebanyakan manusia enggan bahkan ingkar". (Al Furqaan : 50).

Kita dapat bayangkan apa yang bakal terjadi akibat hutan yang dibabat habis oleh sebagian para konglomerat yang tidak bertanggung jawab, dan juga musnahnya hutan akibat kebakaran yang terjadi karena panas dan kering akibat hujan yang lama tidak datang. Jadi kalau hutan rusak, sama artinya seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kita kehilangan sumber air, kehilangan hujan, kita kehilangan humus tanah dan juga kehilangan paru-paru bumi yang menyimpan oksigen. Hal Itu jugalah menjadi penyebab menipisnya lapisan ozon (lapisan yang melindungi permukaan bumi dari radiasi panas matahari). Menipisnya lapisan ozon dapat berakibat suhu dipermukaan bumi akan semakin meningkat. Panas. Segala penyakit timbul. Dapat dibayangkan apa yang bakal terjadi bila hal ini dibiarkan berlarut, tanpa ada penyelesaian.

Tawakkal.

Ketika sudah lama giliran hujan turun belum juga datang karena kemarau yang panjang, kita masih tenang-tenang saja padahal itu adalah peringatan Allah. Rasanya selama menunggu itupun, belum pernah kita bersama-sama mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi, memanjatkan do'a, mohon ampunan dan shalat istiqa di lapangan terbuka untuk memohon turunnya hujan dari Dia Yang Maha Memiliki dan Yang Mencipta. Kita justru berpaling, meminta tolong kepada manusia untuk membuat hujan buatan yang sebenarnya memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk sekali proses. Secanggih apapun peralatan yang dimiliki dan seteliti serta seakurat bagaimanapun per-hitungannya mengenai gerakan dan arah angin, kalau Allah Rabbul Alamin belum mengijinkan hujan turun maka usaha itu juga akan gagal. Kelihatannya sifat-sifat jelek Qarun telah menyusupi hati kita pula, karena dengan harta kekayaan dan ilmu yang ada kita merasa mampu untuk berbuat apa saja sehingga kita lupakan Allah Yang Maha Perkasa. Astaghfirullahal Adzhim.

Memang kebanyakan manusia enggan bahkan ingkar terhadap nikmat karunia-Nya. Sebagai Muslim memang kita diwajibkan untuk berusaha (ikhtiar) tetapi haruslah diiringi pula dengan do'a memohon kepada Allah SWT. Itulah tawakkal yang diajarkan Rasulullah SAW, menyerahkan hasil akhirnya kepada kehendak Allah sesudah kita mengusahakannya.

Peringatan dari Allah.

Kalaupun hujan turun, sekarang ini air hujanpun sudah tidak bersih lagi terutama di daerah-daerah perkotaan yang memiliki sentra industri dan jumlah kendaraannya sangat banyak, karena tercemar polusi udara yang dikeluarkan oleh cerobong asap pabrik dan knalpot. Dipakai mandi saja badan menjadi gatal apalagi kalau dipakai minum. Betapa rugi dan sengsaranya kita di dunia dan akhirat karena Allah telah menurunkan azab dunia se-belum azab akhirat kita terima.

Firman Allah SWT : “Maka apakah kamu memperhatikan tentang air yang kamu minum?” (Al Waaqi’ah : 68)

“Apakah kamu yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?” (Al Waaqi’ah : 69)

"Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?". (Al Waaqi'ah : 70).

Itulah peringatan dari Allah SWT kepada kita. Kerusakan alam ini adalah karena perbuatan manusia sendiri. Selama ini mungkin di antara kita masih ada yang belum mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah, atau mungkin syukur kita hanya di mulut saja tidak diiringi dengan perbuatan baik sebagai manifestasi dari rasa syukur itu yaitu dengan cara memelihara nikmat karunia Allah itu, melestarikannya, mengelola dengan baik dan mengkonsumsinya dengan cara yang baik pula. Kita wajib memperbaiki kesalahan yang lalu melalui program penghematan air dan wajib pula berdo'a memohon ampunan atas segala kelalaian selama ini agar kita dapat memperoleh air bersih dan membersihkan dan juga anak cucu kita di masa datang tidak mengumpat dan menyesali perbuatan kita.

Manajemen air.

Sudah saatnya kiranya dipelajari dan kemudian dikenalkan kepada masyarakat, ilmu manajemen air yaitu tentang cara-cara pengelolaan air :

(1) Perencanaan. Tentang pengadaan air (dari mana sumber-sumber airnya, bagaimana kwalitasnya, bagaimana proses memperbaiki kwalitas air, berapa besar jumlah yang dibutuhkan dan berapa besar yang dapat disediakan); perencanaan pemakaian air dan perencanaan pembuangan air bekas serta perencanaan tentang pemantauannya.
(2) Organisasi. Tentang siapa saja yang harus mengelola dan bertanggung jawab dalam pelaksanaannya dan bagaimana pula mekanisme hubungan kerjanya,
(3) Pelaksanaan. Tentang bagaimana cara melaksanakan program tersebut, dan
(4) Pengawasan. Tentang bagaimana cara memantau dan siapa pemantaunya serta bagaimana hasil pantauan ini dapat berguna untuk menyempurnakan rencana terdahulu yang telah disusun.

Dengan manajemen air ini diharapkan penghematan penggunaan air seperti yang dicanangkan oleh Pak Harto akan lebih terasa manfaatnya dan akan lebih lama lagi bergaung suaranya di masyarakat. Tentu saja yang menjadi harapan dan sasaran kita bersama adalah agar air tidak menjadi langka seperti langkanya minyak bumi. Memang ada perbedaan, yaitu kelangkaan minyak bumi adalah karena bersifat tidak dapat diperbaharui (unrenewable); sedangkan air kelangkaannya adalah lebih disebabkan akibat salah manajemen. Yang dikhawatirkan adalah bila kelangkaan air tersebut disebabkan oleh sifat unrecoverable yaitu tidak dapat diperbaiki lagi kwalitas kebersihannya akibat beratnya pencemaran yang dideritanya. Na’u-dzubillahi min dzalik.

Allah SWT berfirman : "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi sesudah baiknya (melalui pemeliharaan dan pelestarian alam) dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan”. (Al A’raaf : 56)

“Dan Dia-lah yang mengirimkan angin sebagai kegembiraan mendahului rahmat-Nya (yaitu hujan), sehingga apabila angin itu telah membawa awan yang tebal, Kami halau ke suatu negeri yang tandus, maka Kami turunkan hujan di negeri itu lalu Kami hasilkan dengan (hujan) itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati agar kamu mengambil pelajaran". (Al A'raaf : 57)

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 21 Safar 1418 H – 27 Juni 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar