Minggu, 11 Juli 2010

PENDIDIKAN - Kewajiban Dalam Islam

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan anak-anak yang lemah-lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, maka hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (An Nisaa’ : 9)

Secara kebetulan awal bulan dan tahun baru Islam tahun 1419 H ini nyaris bersamaan dengan peringatan penting di dunia pendidikan Indonesia tgl. 2 May yaitu Hari Pendidikan Nasional, HARDIKNAS. Khusus bagi umat Islam pendidikan itu sangat penting dan bahkan identik (sama) dengan suatu kewajiban yang harus dikerjakan karena wahyu pertama yang turun kepada Nabi SAW adalah berkenaan dengan belajar, sesuai firman Allah SWT : “Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.” (Al ‘Alaq : 1)

Perintah “bacalah” pada firman Allah di atas dapat berarti luas; dapat berarti segala yang berkaitan dengan belajar, menuntut ilmu atau berkaitan dengan pendidikan.

Wajib Belajar

Dalam Islam wajib belajar tidak hanya dibatasi selama 9 tahun, bahkan seumur hidup, seperti sabda Nabi, sejak dari buaian sampai ke liang kubur. Dalam satu hadits dikatakan pula Nabi SAW bersabda : “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimat.” (HR. Ibnu Majah)

Mengapa ilmu sangat penting sekali dalam Islam sehingga menjadi kewajiban untuk belajar dan menuntutnya? Mari kita kaji setahap demi setahap, yaitu :

1) Tujuan manusia diciptakan adalah untuk mengabdi, beribadah kepada Allah SWT (Adz Dzaariyaat : 56).
2) Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa (Al Hujuraat : 13), yaitu orang yang paling mengabdi, paling mematuhi perintah dan larangan Allah.
3) Islam menunjukkan ibadah dan amal sholeh (dalam rangka menjadi orang bertaqwa) baik wajib maupun sunnah yang memerlukan tata cara dan syarat atau ilmu untuk melaksanakannya (Lihat antara lain Al Baqarah : 2 - 5).

Dengan demikian kalau ingin ibadah sempurna (yang berarti akan diterima) dan mudah dalam melakukannya maka harus belajar caranya, tahu ilmunya. Jadi dengan ilmu pekerjaan menjadi mudah dan pekerjaan (amal ibadah) yang dikerjakan dengan ilmu akan diterima karena amal pekerjaan itu sesuai dengan cara yang telah ditentukan agama, sesuai sabda Nabi SAW : “Barangsiapa melakukan amal perbuatan (ibadah) yang bukan atas perintah kami maka itu tertolak.” (HR. Muslim)

Sebaliknya ilmu yang tidak diamalkan tidak ada gunanya dan bahkan membawa si pemilik ilmu ke neraka, karena bila ada orang yang bertanya tentang sesuatu hal dan orang yang ditanya itu (mengetahui) diam saja, berarti dia termasuk pada menghalangi proses menuntut ilmu itu wajib bagi setiap kaum muslimin, sesuai sabda Nabi SAW : "Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali dimulutnya dari api neraka". (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Ilmu - Harta – Kekuasaan

Kepada Nabi Sulaiman as ditawarkan ilmu, harta atau kekuasaan untuk dipilih; kemudian Nabi Sulaiman as memilih ilmu. Akhirnya dia memiliki ketiga-tiganya karena harta dan kekuasaan itu mengikut kepada ilmu. Dengan ilmu seseorang dapat menjadi pemimpin berkuasa, dengan ilmu seseorang dapat mencari dan mengumpulkan harta karena dengan ilmu semua tugas, pekerjaan menjadi mudah. Ilmu akan membuat seseorang mempunyai kedudukan lebih tinggi di dalam masyarakatnya.

Firman Allah SWT yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah kamu dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkan (pula urusanmu) dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu”, maka berdirilah kamu, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan". (Al Mujaadilah : 11)

Dikisahkan bahwa kaum Khawarij bertanya kepada Sayidina Ali mengenai manfaat ilmu dibandingkan harta, dan dijawab : Ilmu itu menjagamu, sedangkan harta malah engkau yang harus menjaganya; pemilik harta musuhnya banyak, sebaliknya pemilik ilmu temannya banyak; pemilik harta akan dihisab di akhirat, sedang pemilik ilmu akan memperoleh syafaat; harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya; harta bila ditasarufkan menjadi berkurang, sebaliknya ilmu bila ditasarufkan malah bertambah; ilmu adalah pusaka para Nabi, sedang harta adalah pusaka Qarun dan Firaun; pemilik harta sering digelar dengan yang buruk yaitu si bakhil, tetapi pemilik ilmu disebut dengan ilmuwan; pemilik harta bisa mengaku Tuhan akibat harta (kekayaan) yang dimilikinya, sedang orang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya.

Belajar dan Mengajar

Begitu penting ilmu bagi setiap orang untuk keperluan dunia dan akhiratnya sehingga kepada sebagian orang beriman itu diperintahkan untuk belajar dan kemudian mengajarkannya, menunjuk firman Allah yang artinya : "Tidaklah sepantasnya orang-orang mukmin itu berangkat semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama, dan supaya mereka memberikan peringatan kepada kaumnya apabila telah kembali kepada mereka. Mudah-mudahan mereka dapat menjaga diri". (At Taubah : 122)

Rasulullah SAW bersabda : "Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza Wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat". (HR. Ibnu Majah)

Fasilitas Belajar – Mengajar

Dengan demikian bila menuntut ilmu itu wajib dan mengajarkannya juga menjadi kewajiban maka menyediakan fasilitas untuk yang berkaitan dengan menuntut ilmu itu juga menjadi wajib (terutama bila tidak ada yang menyelenggarakan), misalnya yaitu :
(a) Membuat/menyediakan peralatan belajar dan mengajar, seperti buku pelajaran, alat tulis dsbnya.
(b) Membuat/menyediakan tempat belajar dan mengajar seperti bangunan serta perabotan dsbnya.
(c) Membuat/menyediakan kemudahan untuk proses belajar dan mengajar, misal angkutan, pondokan, warung makan, dsbnya.
(d) Memberikan kemudahan bagi orang yang membuat fasilitas (a) s/d (c) di atas.

Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Manfaat Ilmu di Akhirat

Pada saat seseorang wafat, maka ada tiga amal yang tetap mengalir baginya, salah satunya adalah ilmu yang dimilikinya dan kemudian diajarkan kepada orang lain dan memberi manfaat, sesuai sabda Nabi SAW : "Ketika seseorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali 3 perkara, yaitu shadaqoh jariah (yang mengalir terus pahalanya); ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya, ataupun bagi umumnya masyarakat; anak shaleh yang selalu berdo'a baginya dan bagi orangtua serta umumnya umat Islam". (HR. Muslim)

Dan kemudian di hari hisab akan banyak pertanyaan yang harus dijawab dan dipertanggung jawabkan. Oleh sebab itu sebelum waktu hisab tiba lebih baik hisab dulu diri sendiri tentang apa yang telah dikerjakan; umur dihabiskan untuk apa; ilmu diamalkan untuk apa karena sabda Nabi SAW : "Seorang hamba pada hari kiamat tiada melangkah kedua kakinya, sehingga padanya ditanyakan tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya, dihabiskannya untuk apa, tentang ilmunya diamalkan untuk apa, tentang hartanya darimana diperolehnya dan diinfakkan untuk kepentingan apa, serta tentang fisiknya digunakan untuk apa". (HR. Tirmidzi)

Bila arti penting pendidikan, belajar dan mengajar baik bagi diri sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat pada umumnya telah difahami dan kemudian diamalkan sebagai bagian kehidupan sehari-hari maka kita telah berupaya melaksanakan firman Allah SWT mengenai pendidikan terutama bagi anak-anak sesudah generasi kita sekarang seperti tercantum di surah An Nisaa’ ayat 9, di awal tulisan ini.

Waladzikrullahi Akbar.

Jum’at, 4 Muharam 1419 H - 1 May 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar