Sabtu, 10 Juli 2010

LAILATUL QADAR - Malam Penuh Pengampunan

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman ; Artinya :"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada lailatulqadar. Dan tahukah engkau apakah lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik dari seribu bulan. Malaikat dan Ruh (Jibril) turun padanya dengan izin Tuhannya membawa segala perintah. Sejahteralah malam itu sampai terbit fajar". (Al Qadr : 1-5)

Dalam bulan Ramadhan ada satu malam yang sangat dinanti-nanti kedatangannya yaitu yang disebut malam lailatulqadar, karena pahala ibadah yang dilakukan pada malam itu lebih baik dari ibadah yang dilakukan selama seribu bulan atau l.k. 83 tahun 4 bulan, dimana semua dosa terdahulu akan diampuni, sesuai hadits Nabi SAW : "Barangsiapa sholat malam pada malam lailatulqadar dengan keimanan dan harapan pahala dari Allah maka akan terampuni dosa-dosanya yang terdahulu". (HR. Bukhari)

Bila dilihat usia manusia sekarang ini, siapakah dari umat Rasulullah SAW yang dapat mencapai usia 83 tahun? Sangat jarang; sedikit sekali. Apalagi dari segi ibadah siapa pula yang dapat beribadah selama 83 tahun sejak aqil baligh tanpa terputus? Jadi alangkah besar kebaikan yang diperoleh seseorang apabila dia menemui malam itu dan dia dalam keadaan sedang ibadah. Malam lailatulqadar itu memang sungguh istimewa apalagi karena hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW : “Sesungguhnya Allah Ta’ala memberikan lailatulqadar kepada umatku, yang mana malam itu tidak pernah diberikan kepada umat sebelum mereka”. (HR. Ad Dailami)

Mengapa demikian besar anugerah yang dikaruniakan Allah kepada kita umat Nabi Muhammad SAW? Ini adalah kasih sayang Allah kepada Rasulullah SAW dan umatnya yang memiliki usia singkat yaitu rata-rata hanya mencapai 65 tahun (sesuai usia Nabi SAW). Dengan usia seperti itu bila tidak ada malam lailatulqadar tentu saja tidak dapat menyamai ibadahnya orang-orang terdahulu yang mampu sampai ratusan tahun (Seperti kisah Syam’un Al Ghazi dari Bani Israil; yang dalam literatur Barat dinamai Samson). Tentu anugerah itu tidak turun begitu saja tetapi harus diraih dengan usaha yaitu beribadah pada siang hari dan malam bulan Ramadhan.

Menyambut lailatulqadar.

Banyak ragam cara umat Islam dalam menyambut datangnya malam lailatulqadar ini. Di sebagian daerah penyambutan malam lailatulqadar itu ditandai dengan memasang lampu minyak disekeliling halaman rumah yang biasanya dimulai pada malam tanggal 21 atau malam selikur (bhs Jawa). Ada pula yang beribadah lebih banyak dari malam-malam sebelumnya.

Sebenarnya apa yang harus dilakukan seorang muslim itu untuk menyambut, menghadapi serta sekaligus dapat menjaring malam mulia itu? Banyak ulama yang sepakat agar sejak awal puasa Ramadhan kita sudah melakukan hal-hal yang berkaitan dengan menemui malam lailatul qadar itu; misalnya yaitu memperbanyak mengaji dan mengkaji isi Al Qur'an; melakukan dzikir, sadaqoh, sholat malam (qiyamul lail seperti tarawih, witir, tahajjud, dll) diluar yang fardhu. Kemudian pada sepuluh malam yang akhir kegiatan itu lebih dihidupkan lagi yaitu meningkatkan amal ibadah dengan melakukan i’ktikaf (berdiam di mesjid dengan niat i’tikaf).

Diriwayatkan dalam suatu hadits bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : “Barangsiapa beri’ktikaf di malam lailatulqadar disertai keimanan dan dengan mengharap pahala, maka ia diberi pengampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Ad Dailami)

'Aisyah ra berkata : "Apabila sudah masuk sepuluh hari yang terakhir (dari bulan Ramadhan), maka Rasulullah SAW selalu menghidup-hidupkan malam (dengan beribadah) dan membangun kan keluarganya serta mengikatkan sarungnya (tidak menggauli isterinya)". (HR. Bukhari)

Mengapa kepada kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sejak dari awal Ramadhan dan kemudian lebih ditingkatkan lagi pada sepuluh malam yang terakhir? Karena kedatangan lailatul qadar itu secara pasti pada malam yang mana atau malam berapa tidak ada yang mengetahuinya. Ini dimaksudkan agar umat Islam itu tetap dalam keadaan siaga, waspada dan selalu beribadah pada setiap malam Ramadhan tanpa memilih malam tertentu. Walaupun ada hadits yang menyatakan pada malam tanggal ganjil pada sepuluh malam yang terakhir tetapi akan lebih baik kalau seseorang itu dalam keadaan selalu siap sedia, sudah mempersiapkan diri sejak awal Ramadhan.

Dengan demikian bila ibadah tidak terputus dari sejak awal Ramadhan sampai malam terakhir, maka Insya Allah lailatulqadar akan datang menemui baik disadari maupun tidak. Yang jelas pada lailatulqadar itu rahmat akan turun kepada mereka yang sedang ibadah kepada Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Dapatkanlah lailatulqadar di sepuluh malam terakhir, karena lailatul qadar itu diturunkan pada malam yang ganjil, mungkin pada malam 21, 23, 25, 27, 29 atau di akhir malam. Barangsiapa beribadah bertepatan dengan lailatulqadar penuh keimanan dan mengharap pahala, maka ia diberi pengampunan dosa-dosanya, dosa yang telah berlalu dan yang akhir”. (HR. Thabrani)

Diriwayatkan pula bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda : “Pada lailatulqadar Allah memerintahkan Jibril (untuk turun) maka Jibril beserta rombongan malaikat turun ke bumi dengan membawa panji hijau yang diletakkan pada Ka’bah dan ia mempunyai 600 sayap diantaranya ada dua sayap yang tidak pernah dibentangkan kecuali pada lailatulqadar, dimana pada malam itu ia membentangkan kedua sayap itu kemudian melingkupi timur dan barat. Kemudian Jibril mengutus malaikat kepada umat Muhammad ini, para malaikat itu lalu mengucapkan salam pada setiap orang yang berdiri, duduk, shalat dan berdzikir, kemudian mereka menjabat tangan umat Muhammad dan mengaminkan do’a mereka sampai fajar terbit. Apabila fajar telah terbit, Jibril berkata kepada para malaikat : “Wahai para malaikat, kembali, kembali”. Mereka bertanya : “Wahai Jibril, apa yang telah Allah perbuat dalam memenuhi kebutuhan orang-orang mukmin dari umat Muhammad SAW?”. Jibril menjawab : “Sesungguhnya Allah telah melihat kepada mereka (dengan pandangan kasih sayang), mema’afkan dan mengampuni mereka kecuali empat macam”. Mereka bertanya : “Siapakah empat macam manusia itu?”. Jibril menjawab : “Orang yang meminum minuman keras, orang yang durhaka kepada orangtuanya, orang yang memutuskan tali persaudaraan, dan musyahin”. Rasulullah SAW ditanya : “Wahai Rasulullah, siapakah musyahin itu?”. Beliau menjawab : “Orang yang suka memutuskan persaudaraan, yakni orang yang tidak berbicara kepada saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari“. (Tanbihul Ghafilin).

Jadi, karena tidak diketahui secara pasti kedatangannya sedangkan pahalanya sungguh besar maka dalam ibadah ini jangan berspekulasi, yaitu melakukan ibadah baik puasa maupun qiyamul lail dsbnya hanya pada sepuluh malam akhir yang ganjil saja, karena hal seperti itu menandakan kurangnya rasa taqwa. Padahal tujuan ibadah dalam bulan Ramadhan adalah untuk menambah ketaqwaan. Bagaimana mungkin rahmat dan baroqah dapat turun bila beribadah secara ini.

Ciri-ciri lailatulqadar.

Banyak kisah yang menceritakan bahwa seseorang itu telah menemui lailatulqadar. Ada yang mengatakan bahwa dia melihatnya dalam bentuk seberkas sinar atau cahaya yang menyelimuti dirinya, dsbnya. Hal-hal semacam ini adalah merupakan pengalaman rohani atau pengalaman spiritual seseorang yang mungkin tidak sama peristiwanya dengan yang lain, tetapi yang jelas ciri-ciri datangnya malam itu sesuai yang telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW adalah sbb : "Aku datang bermaksud untuk memberitahu kepadamu tentang lailatulqadar hanya saja aku khawatir kamu akan bersandar padanya dan barangkali akan menjadi lebih baik. Carilah lailatul qadar itu pada malam tanggal 21, 23, 25, 27 dan pada malam terakhir. Tanda-tandanya yaitu bahwa malam itu udaranya terang, tidak panas dan tidak dingin, dan pagi harinya, matahari terbit dengan cahaya yang tidak tajam. Barangsiapa yang menghidup-hidupkan malam itu dengan iman dan mengharapkan ridla Allah maka Allah mengampuni dosanya yang sebelum itu". (Tanbihul Ghafilin)

Do’a lailatulqadar.

Apa yang harus dilakukan bila malam lailatulqadar itu datang? Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwa ia mengatakan : “Aku pernah bertanya kepada Beliau (Nabi SAW); wahai Rasulullah, bagaimana menurut kamu jika diriku mengetahui datangnya lailatulqadar, bacaan apa yang mesti aku baca. Beliau (Nabi SAW) menjawab : “Bacalah : “Allohumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ’afwa fa’fu ’annii - Wahai Allah, sesungguhnya Engkau Maha pemberi ma’af lagi suka mema’afkan, maka ma’afkanlah aku”. (HR. An Nasai)

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 24 Ramadhan 1418 H - 23 Januari 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar