Sabtu, 03 Juli 2010

HUTANG - Jauhkan Diri Darinya

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman, artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu berhutang-hutang dengan janji yang ditetapkan waktunya, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan adil, dan janganlah seorang penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah dia menulis; dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (mencatatkan hutangnya), dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Maka jika yang berhutang itu lemah akalnya atau lemah keadaannya, atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya membacakan dengan adil. Dan hendaklah disaksikan dua saksi laki-laki di antara kamu.....”. (Al Baqarah : 282)

Hari demi hari akan dilewati tanpa bahagia sedikit pun kalau engkau, saudaraku, tidak mampu melunasinya. Akan timbul rasa malu, rendah dan hina serta sedih, tidurpun tidak nyenyak; itulah sebabnya Rasulullah SAW telah mengingatkan : "Berhati-hatilah dalam berhutang. Sesungguhnya berhutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kehinaan di siang hari". (HR. Baihaqi).

Dalam kehidupan modern sekarang ini dapat kita lihat bahwa apapun yang diinginkan seseorang dapat saja dengan mudah terwujud, dengan cara berhutang. Sekarang ini dapat dilihat, siapapun sudah tidak malu berhutang. Begitu mudah, hanya dengan uang plastik credit card (kartu hutang), maka bereslah urusan belanja. Sekarang ada satu pemeo baru “semakin besar hutang berarti semakin bonafide”, karena katanya, berarti semakin dipercaya. Masya Allah. Padahal banyak terjadi kasus kredit macet, akibat nasabah tidak mampu membayar hutangnya (Harian Bisnis Indonesia, Kamis 10 Juli 1997, hal. 1).

Wahai ikhwan muslim, janganlah terbujuk godaan syaitan dan iblis yang selalu datang dari segala penjuru bahkan dia menggodamu dari dalam hatimu sendiri untuk menyesatkan, tanpa bosan dan tiada henti, sampai akhirnya engkau takluk menjadi pengikut nya. Firman ALLAH SWT, Artinya : "Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka". (An Nisaa' : 120)

Untuk menghindari nafsu besar dalam keinginan memiliki sesuatu, jagalah pandangan dari kemewahan dunia dan jangan mudah terbujuk rayu segala iklan dan promosi yang da pat mendorong diri untuk memiliki kemewahan dunia itu, apalagi bila dengan cara berhutang. Berdzikirlah seperti yang diajarkan oleh Nabi SAW : "Barangsiapa melihat sesuatu yang dikaguminya lalu dia mengucapkan "Masya Allah, La Quwwata illa billah - Masya Allah, tidak ada kekuatan kecuali dengan Allah", maka tidak akan terganggu oleh ketajaman mata". (HR. Ahmad)

Tetapkan hati dan kuatkan iman serta jangan merusak diri, ingatlah pula pada wasiat Rasulullah SAW : "Jangan menimbulkan ketakutan pada dirimu sendiri sesudah terasa olehmu keamanan (ketentraman)". Para sahabat kemudian bertanya, "Apa yang menimbulkan ketakutan itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab : "Hutang". (HR. Ahmad)

Apabila tidak mampu menghindar, karena satu-satunya cara yang ada hanyalah dengan berhutang (akibat keterbatasan dana usaha), maka hendaklah ditulis besarnya hutang itu dan tanggal jatuh tempo pembayarannya, yang diketahui oleh kedua pihak antara yang berhutang dan yang berpiutang. Akan lebih baik lagi kalau diketahui oleh pihak ketiga (misal notaris) sehingga bila ada perselisihan dibelakang hari dapat dihindari atau diselesaikan dengan adil. Firman Allah SWT ; Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu berhutang-hutang dengan janji yang ditetapkan waktunya, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan adil, dan janganlah seorang penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah dia menulis; dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (mencatatkan hutangnya), dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Maka jika yang berhutang itu lemah akalnya atau lemah keadaannya, atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya membacakan dengan adil. Dan hendaklah disaksikan dua saksi laki-laki di antara kamu.....”. (Al Baqarah : 282)

Apabila engkau berhutang dan telah memiliki kemampuan untuk melunasinya, maka cepat tunaikan dan baguskan pembayarannya, tambah timbangannya (lebihkan pembayarannya) karena dengan perbuatan itu engkau menjadi hamba Allah yang paling baik. Perbuatan itu selain merupakan sunnah juga di sisi Allah merupakan sedekah tersembunyi dan sedekah dalam keadaan terang-terangan. Yang demikian akan mewariskan kecintaan dan kasih sayang kepada orang yang engkau beri. Dalam hal itu, engkau menyembunyikan pemberianmu kepadanya dan karenanya dalam membaguskan pembayaran itu terdapat faedah yang banyak, demikian sabda Rasulullah SAW : "Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik dalam membayar hutangnya". (HR. Bukhari).

Janganlah menghadap Allah (mati) dengan meninggalkan beban hutang yang tidak mampu dilunasi oleh ahli waris. Sabda Nabi SAW : "Roh seorang mukmin masih terkatung-katung (sesudah wafatnya) sampai hutangnya di dunia dilunasi". (HR. Ahmad).

Kalau engkau termasuk mampu dan mempunyai hutang tetapi selalu menunda pembayarannya maka engkau termasuk kepada golongan yang zhalim, demikianlah sabda Rasulullah SAW : "Orang kaya yang menunda-nunda pembayaran hutangnya adalah kezhaliman". (HR. Bukhari)

Namun bila engkau adalah sebagai pemberi pinjaman, yang menghutangi, maka janganlah kenakan bunga atas hutang atau jumlah pokok pinjaman, karena perbuatan itu termasuk kepada riba yang harus ditinggalkan. Firman Allah SWT ; Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa riba, jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak memperbuatnya (meninggalkan sisa-sisa riba), maka ketahuilah Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (tidak memperbuat riba lagi) maka bagi kamu pokok hartamu (modal), kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (Al Baqarah : 278 - 279)

Bila kemudian si peminjam tidak mampu melunasi dan lalu engkau membebaskannya dari hutang-hutang itu maka engkau akan mendapat naungan di hari kiamat, itulah pesan Rasulullah SAW : "Barangsiapa menunda penagihan hutang orang yang kesulitan membayarnya, atau membebaskannya, maka kelak di hari kiamat Allah menaunginya di bawah Arasy-Nya, sewaktu tiada naungan kecuali naungan dari-Nya". (HR. Tirmidzi).
Allah SWT menegaskan masalah ini dalam firman-Nya; Artinya : "Dan jika (orang yang berhutang) dalam kesukaran, maka berilah tangguh hingga ada kelapangan (baginya). Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang itu) lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". (Al Baqarah : 280)

Demikian pula pahala yang akan engkau terima kelak kalau membantu melunaskan hutang orang yang tidak mampu melunasi, karena hal itu termasuk pada amalan yang amat disukai oleh Allah. Rasulullah SAW bersabda : "Setengah daripada amalan-amalan yang amat dicintai oleh Allah ialah memasukkan kegembiraan dalam hati orang mukmin, melapangkan kesusahannya, mengembalikan hutang yang dimilikinya kepada orang lain atau memberi makan dari kelaparan". (HR. Thabrani)
Dalam hadits lain disebutkan: "Seorang hamba muslim yang membayar hutang saudaranya maka Allah akan melepaskan ikatan penggadaiannya pada hari kiamat". (HR. Mashabih Assunnah)

Galakkan do'a yang pernah diajarkan Nabi kepada Abu Umamah seperti diriwayatkan dalam kitab Irsyadul 'Ibad ila Sabilir Rasyad, bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW memasuki mesjid, di sana ada seorang sahabat Anshar bernama Abu Umamah. Kata Nabi SAW kepadanya : "Wahai Abu Umamah! Mengapa aku lihat engkau duduk terus di masjid di luar waktu shalat?. Jawabnya : "Kegelisahan yang menimpa diriku lantaran mempunyai utang, hai Rasulullah!". Tanya beliau : "Maukah engkau aku ajari beberapa kalimat yang bila engkau ucapkan, maka Allah yang Maha mulia lagi agung akan melenyapkan kecemasanmu serta melunasi utangmu ?" Jawab Abu Umamah, "Ya mau sekali, wahai Rasulullah". Beliau melanjutkan : "Bacalah amalan ini di waktu pagi dan sore : "Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal hujni wa a'udzubika minal 'adzji wal kasyali wa 'audzubika minal dzubni wal bukhli wa a'udzubika min ghalabatid daini wa khohrir rijaal - Wahai Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepada-Mu dari gelisah dan susah. Saya mohon perlindungan kepada-Mu dari gangguan sial dan malas, Saya mohon perlindungan kepada-Mu dari takut dan kikir. Dan saya berlindung kepada-Mu dari terlilit hutang dan dipaksa orang-orang". Kata Abu Umamah, "Setelah aku mengamalkannya, maka Allah membuang kesedihanku dan hutang-hutangku terbayar semua". (HR. Abu Dawud)

Waladzikrullahi Akbar

Jum'at, 4 Rabiul Akhir 1418 H - 8 Agustus 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar