Minggu, 11 Juli 2010

SESAMA MUSLIM BERSAUDARA - Bertutur Katalah Yang Baik

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman; Artinya: "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (Al Furqaan : 63)

Sejarah Islam mencatat bahwa suku-suku yang berada di Jazirah Arab di masa Jahiliyah adalah dalam keadaan bercerai berai, mereka suka berkelahi, saling berperang setiap tahunnya, saling bermusuhan antara satu kabilah (suku) dengan kabilah lainnya. Namun keadaan ini berubah sesudah Risalah Islam turun dan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah untuk semua umat manusia di akhir zaman.

Berperang yang merupakan tradisi orang kafir di zaman Jahiliyah yang merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah waktu itu, yang merupakan kebanggaan para lelaki masa itu, maka dengan turunnya wahyu (Al Qur’an) menjadi dilarang terutama bila yang berperang itu adalah sesama orang Muslim.

Ajaran Islam menyatakan bahwa sesama Muslim adalah bersaudara dan haram menumpahkan darahnya, merampas hartanya dan menodai kehormatannya. Jadi kalau ada orang Muslim yang membunuh orang Muslim lainnya, maka sama artinya orang yang membunuh itu kembali menjadi kafir, sesuai sabda Nabi SAW : “Janganlah kalian kembali – sesudah kutinggalkan -- menjadi orang-orang kafir, dimana sebagian kalian membunuh sebagian yang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jangankan membunuh, yang lebih ringan dari itupun bahkan dilarang di dalam Islam, sesuai sabda Nabi SAW : “Jangan kamu saling dengki dan iri dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara Muslim lainnya dengan tidak menzaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya dan tidak merendahkannya. Letak taqwa ada di sini (Nabi SAW menunjuk ke dada beliau sampai diulang tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan saudaranya yang Muslim. Seorang Muslim haram menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai kehormatan Muslim lainnya.” (HR. Muslim)

Kalau kita perhatikan kejadian demi kejadian di Indonesia pada akhir-akhir ini, terutama sejak reformasi digulirkan maka yang paling sering muncul dalam pusat perhatian itu adalah yang berlawanan dengan hadits yang dirawikan oleh Imam Muslim di atas. Dan sedihnya semua perbuatan itu banyak dilakukan oleh orang Muslim yang ditujukan kepada orang Muslim dengan mengatas namakan reformasi. Seolah-olah kata reformasi itu adalah kata-kata sihir ajaib yang boleh dilakukan untuk berbuat yang jelas-jelas dan tegas dilarang oleh Islam. Seolah-olah kata reformasi itu merupakan kunci masuk ke dunia bebas. Bebas untuk tidak mematuhi aturan dan tatanan yang ada dan bahkan diabaikan karena mereka menganggap sudah tidak sesuai lagi dengan masa reformasi. Lalu mereka memaksakan aturan baru yang cocok dengan selera kebebasan mereka. Bebas berunjuk rasa (berdemonstrasi) tanpa menghiraukan kesulitan orang lain (lalu lintas macet, orang khawatir ada kerusuhan, dsbnya), bebas bicara, bebas mencaci maki, mengumpat menghujat, menuduh orang walau tanpa bukti yang nyata sekalipun. Kebebasan seperti itu disebut oleh mereka dengan demokrasi.

Coba saja lihat bila ada suatu pertemuan oleh suatu golongan yang mengatasnamakan dirinya sebagai kaum reformis atau bila ada suatu aksi demonstrasi mahasiswa yang katanya memprotes atas kebijakan Pemerintah atau TNI dsbnya maka selalu digunakan kata-kata kotor, hujatan, caci maki dan tuduhan-tuduhan tanpa bukti yang keluar dari mulut mereka. Sepertinya mereka itu kehabisan kata-kata yang baik untuk menyampaikan isi hatinya sehingga yang keluar adalah suara yang asbun (asal bunyi) saja.

Tutur Kata Orang Muslim

Sesama Muslim adalah saudara, sehingga sesamanya harus saling sayang menyayangi dan bukan saling sakit menyakiti, sesuai sabda Nabi SAW : “Orang Islam itu ialah orang yang orang-orang Islam lainnya merasa selamat dari lidah (ucapan) dan tangan (perbuatan) nya. Orang mukmin ialah orang yang orang-orang mukmin lain merasa aman atas diri dan harta mereka (yakni tidak pernah mengganggunya) dan muhajir (orang yang meninggalkan) ialah orang yang meninggalkan kejahatan dan menjauhinya”. (HR. Ibnu Majah dan Hakim)

Salah satu dosa yang menyebabkan banyak orang diazab adalah dosa karena lisan. Sungguh hebat dan dahsyat walaupun untuk melakukannya tidak perlu keluar biaya. Lisan mampu dengan mudahnya dan ringan saja mengeluarkan kata-kata, terluncur begitu saja tanpa difikirkan terlebih dahulu.

Kalau yang bicara bukan orang arif bijaksana maka yang keluar adalah kata-kata yang bersifat maksiat seperti berdusta, mengumpat keburukan orang lain, mencela makhluk Tuhan, menghina rasa makanan, menusuk perasaan orang, berdo’a untuk kecelakaan musuh dan bukan berdo’a agar mereka mendapat petunjuk, terlampau banyak bicara yang bukan-bukan, bicara yang kotor atau kurang berguna dll. Itulah sebabnya Nabi SAW bersabda : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (HR. Athabrani dan Baihaqi)

Orang Muslim itu harus tahu fungsi dari lisan (lidah) itu diciptakan. Bagi orang Muslim, fungsi lisan (lidah) adalah untuk membantu beribadah yaitu digunakan berdzikir, memberi peringatan, membaca dan mengkaji kitab (Al Qur’an, hadits), mengajar, memberi petunjuk orang lain kejalan Tuhan, mendamaikan antara dua orang atau golongan yang berselisih dan kebaikan lainnya.

Agar penggunaan lidah (lisan) sesuai dengan fungsinya maka orang Muslim itu harus bersifat arif dan bijak dalam berbicara, berhati-hati (wara’) dalam tutur kata apalagi dalam memberikan pendapat. Kalau merasa bahwa kata-katanya itu dapat berakibat tidak baik seperti menyinggung perasaan orang maka lebih baik diam saja, sesuai sabda Rasulullah SAW : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Orang Muslim dilarang membuka aib orang apalagi sesama Muslim. Orang Muslim tidak perlu meniru gaya bicara orang non-Muslim yang merasa tidak fair (tidak jujur) apabila tidak mengungkapkan fakta di depan orang banyak. Gaya atau cara orang Muslim berbeda dengan orang non-Muslim (Orang Barat), sesuai sabda Nabi SAW : “Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ajaran Islam adalah ajaran akhlak tingkat tinggi dan mulia yang melarang kita menyakiti orang lain, bahkan kalau ada orang yang menyakiti maka tidak boleh dibalas karena pahalanya untuk kita dan kecelakaan untuk orang itu, seperti sabda Rasulullah SAW : “Apabila ada orang yang mencaci maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu mencaci maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia.” (HR. Adailami)

Orang Muslim itu harus bertutur kata dengan lemah lembut (Lihat Al Maaidah : 54), berkata-kata dengan ucapan yang baik, terutama bagi yang tidak mampu bersedekah walau hanya dengan separuh kurma sekalipun, sesuai sabda Nabi SAW: “Takutlah masuk neraka sekalipun hanya dengan menyedekahkan belahan kurma. Barangsiapa yang tidak dapat berbuat demikian, maka hendaklah dengan ucapan yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Era reformasi ini banyak orang merasa perlu bicara karena dia minta diperhatikan dan didengar keinginannya sebagai warga. Sebaliknya sedikit sekali orang yang diam karena merasa lebih baik diam sebab diam itu emas (bijaksana) dan banyak bicara itu api (neraka).

Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya.” (HR. Atha-brani)

Jadi kalau tidak dapat bertutur kata yang baik maka lebih baik diam, karena dengan diam itu tidak ada yang tersakiti hatinya, tidak ada yang tersinggung perasaannya dan malaikat pencatat tidak perlu repot menuliskan dosa yang keluar dari lisan dan pada hari hisab nanti akan enteng timbangan dosa kita.

Demikian, semoga bermanfa’at.

Waladzikrullahi Akbar.

Jum’at, 12 Shafar 1420 H - 28 May 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar