Sabtu, 03 Juli 2010

DZIKRUL MAUT - Pokok Segala Ilmu

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah (tiap-tiap) diri memperhatikan apa yang dipersiapkan untuk esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Hasyr : 18)

Kalau kita mau mengkaji secara tenang, arif dan mendalam sebenarnya semua kekacauan yang terjadi di dunia ini terutama yang kita alami akhir-akhir ini di Indonesia adalah karena terlalu cinta dunia.

Suatu keadaan atau sifat bila di awali dengan kata “terlalu”, maka hal itu cenderung berakibat tidak baik atau merugikan. Contoh yang sederhana adalah nasi makanan pokok kita sehari-hari, ada orang yang sehari 3-4 kali menyantapnya, bahkan ada yang mengambil nasi sampai membukit di piringnya dan itupun masih menambah lagi dengan ukuran yang sama. Porsi begini, yaitu terlalu banyak atau berlebih-lebihan maka akan mengakibatkan bermacam penyakit. Secara nasional kita bisa kekurangan stok beras sehingga harus impor dari negara lain spt Thailand, Vietnam, China, Burma, Jepang dll dengan biaya yang tidak sedikit; apalagi dengan nilai uang dollar sekarang ini; dananya sajapun berasal dari pinjaman luar negeri melalui IMF. Indonesia yang pernah sukses dan mendapat medali dari FAO karena swasembada pangan (beras), kini harus impor dengan uang pinjam. Ironisnya lagi banyak lahan kosong yang tidak ditanami apapun. Sekarang Indonesia menyandang sebutan termasuk negara miskin.

Di samping itu, terlalu banyak makan nasi juga dapat menyebabkan orang menderita sakit gula, kencing manis atau diabetes mellitus. Apabila merawatnya salah maka yang terkena penyakit ini dapat pula terkena macam-macam penyakit lain seperti mata rabun bahkan buta; lumpuh, impotensi, ada luka yang tidak bisa sembuh dan bahkan kaki bisa diamputasi. Seram memang. Pada tahun 1982 saja jumlah penderita diperkirakan sudah mencapai angka 5 juta jiwa. Dan menurut laporan dari Bag. Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UI - RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, penyakit ini adalah penyakit terbesar di antara 20 penyakit utama; artinya jumlah penderita penyakit ini terbesar dibanding penyakit utama lainnya. Itu adalah data tahun 1987, bagaimana pula sekarang sesudah lebih 10 tahun?! Itu antara lain karena “terlalu” banyak makan nasi. Bagaimana pula dengan “terlalu-terlalu” yang lain, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Dunia Hanya Sementara.

Cerita di atas berasal dari kata terlalu cinta dunia. Sifat “terlalu” berkaitan dengan tidak dapat menahan hawa nafsu yang melahirkan sifat rakus, serakah dan akhirnya dzalim. Memang benar sabda Nabi SAW bahwa jihad terbesar itu adalah jihad memerangi hawa nafsu. Terlalu cinta dunia terjadi karena orang itu lupa bahwa nikmat dunia akan musnah atau dianggapnya hidup di dunia itu adalah selamanya atau karena pakai aji mumpung; mumpung lagi masih muda. Masa muda kan cuma sekali. Namanya hidup cuma sekali. Puas-puaskan saja dulu. Kalau pandangan hidup sudah pakai aji mumpung begini maka segala yang haram bisa menjadi halal. Namanya agama menjadi urutan paling belakang karena yang penting hawa nafsu terpuaskan.

Bagi seseorang yang bergelimang nikmat dunia tentu saja dia ingin agar hidup ini selamanya, sampai-sampai dicarinya obat awet muda, obat agar tidak mati. Padahal itu hal yang musykil, tidak mungkin, karena setiap makhluk itu pasti akan mati, hanya waktu dan tempat saja yang tidak seorangpun mengetahuinya (Luqmaan : 34). Hidup di dunia hanya sebentar, sementara saja dan kita pasti mati, kembali kepada Allah dimana kelak semua perbuatan di dunia akan ditanya, dihisab baik dan buruknya.
Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa ; "Allah berfirman, "Berapa tahunkah lamanya kamu berada di bumi?" Mereka berkata, "Kami berdiam sehari atau setengah hari maka bertanyalah kepada yang pandai menghitungnya". Allah berfirman, "Tidaklah kamu berdiam (di dunia) melainkan sebentar, kalau kamu benar-benar mengetahui. Apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menjadikan kamu sia-sia dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami lagi?" (Al Mu'minuun : 112-115)

Apa sajakah so’al yang akan diajukan kepada anak cucu Adam ketika hisab itu? Nabi SAW bersabda : "Seorang hamba pada hari kiamat tiada melangkah kedua kakinya, sehingga padanya ditanyakan tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya, dihabiskannya untuk apa, tentang ilmunya diamalkan untuk apa, tentang hartanya darimana diperolehnya dan diinfakkan untuk kepentingan apa, serta tentang fisiknya digunakan untuk apa". (HR. Tirmidzi)

Kalau dari hasil hisab itu lebih berat buruknya maka neraka yang panas apinya tidak terbayangkan, sudah siap tersedia. Kalau lebih banyak kebaikannya maka syurga sudah menunggu pula untuk dihuni secara abadi. Tinggal pilih, surga atau neraka ?

Apa Yang Dilakukan?

Kalau sesudah mati nanti kita akan kembali kepada Allah dan akan ada hisab yang akan menentukan kita masuk syurga atau neraka maka sebagai manusia yang berakal tentu saja pasti pilih syurga sedangkan yang pilih neraka adalah yang tidak punya akal atau sedang hilang akal alias mabuk. Bagaimana cara memilih syurga? Selalu ingat kepada Allah (dzikrullah) dalam setiap hal. Allah SWT berfirman : “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, maka Allah menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik". (Al Hasyr : 19)

Bagaimana cara mengingat Allah (dzikrullah) dalam setiap keadaan? Pergunakan waktu hidup sebaik-baiknya untuk menghadapi matimu, dan menghadapi hisab. Inilah cara terbaik mengingat mati (zikrul maut) karena Nabi SAW pernah bersabda bahwa hal ini (ingat mati) termasuk pokoknya segala ilmu. (Tanbihul Ghafillin). Ingat mati akan membuat dunia ini terasa hambar. Itu pula sebabnya Nabi SAW pernah bersabda agar kita memperbanyak mengingat kematian maka kita akan terhibur dari kelelahan dunia. Ilmu tentang apapun yang kita pelajari di dunia ini maka dia akan berakhir pada kata mati, habis, musnah, tidak dapat dipakai lagi, aus, rusak dsbnya. Tidak ada di dunia yang bersifat abadi, baka langgeng. Semua fana dan akan musnah.
Nabi SAW bersabda : "Keberadaanmu di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang sedang mengembara. Apabila kamu berada pada waktu sore maka janganlah menunggu waktu pagi, dan apabila kamu berada pada waktu pagi, janganlah kamu menunggu waktu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, dan pergunakanlah waktu hidupmu untuk menghadapi matimu". (HR. Bukhari)
Nabi SAW bersabda pula : "Pergunakanlah lima peluang sebe-lum datang yang lima yaitu : Masa muda sebelum tiba masa tua. Masa sehat sebelum tiba masa sakit. Masa lapang sebelum tiba masa sibuk. Masa kaya sebelum tiba masa papa (miskin). Dan masa hidup sebelum tiba masa mati". (HR. Baihaqi dan Ibnu Abiddunya).

Bagaimana caranya mengisi waktu dengan baik? Jangan buang waktu; jangan tunggu sampai besok apa yang dapat dikerjakan pada hari ini. Bersegeralah dalam mengerjakan amal kebaikan. Sabda Nabi SAW :"Bersegeralah kalian beramal sebelum datang tujuh perkara : Apa yang kamu tunggu selain kemiskinan yang memperdaya. Atau kekayaan yang menyombongkan atau sakit yang memayahkan, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang memutuskan, atau Dajjal yang mana ia adalah sejahat-jahat yang dinantikan, ataukah kiamat yang sangat berat dan menyusahkan". (HR. Tirmidzi)

Diriwayatkan Nabi SAW bersabda : "Telah datang kepadaku malaikat Jibril dan dia berkata : "Hai Muhammad! Hiduplah sesuka hatimu, maka bahwasanya engkau akan mati, dan cintailah apa yang engkau cintai maka sesungguhnya engkau akan bercerai dengan kecintaanmu itu, dan beramal lah apa yang engkau kehendaki maka sesungguhnya engkau itu akan mendapat balasan… ". (HR. Baihaqi)

Itulah antara lain jalan yang ditunjukkan Islam dalam menghadapi mati dan sesudah mati. Karena merupakan pokoknya ilmu maka hendaklah dipersiapkan sungguh-sungguh. Persiapan untuk mati adalah tanda ketaqwaan (patuh atas perintah dan larangan-Nya) dan tanda ingat kepada Allah (akan siksa dan pahala-Nya) serta berharap kelak bertemu dengan-Nya dalam keadaan diridhai-Nya. Kita berdo’a semoga Allah SWT memasukkan kita kepada golongan orang-orang yang bertaqwa. Amien.

Waladzikrullahi Akbar

Jum'at, 22 Sya’ban 1419 H - 11 Desember 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar