Sabtu, 10 Juli 2010

MUHASABAH - Evaluasi Diri Di Akhir Tahun

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman ; Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah (tiap-tiap) diri memperhatikan apa yang dipersiapkan untuk esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Hasyr : 18)

Sebentar lagi umat Islam akan meninggalkan tahun 1418 H untuk memasuki tahun baru 1419 H. Tidak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi pada tahun 1419 nanti. Walaupun dukun, ahli ramal masa depan (futurist) atau paranormal (yang sering berlaku tak normal), ahli perbintangan nan canggih sekalipun, tidak akan tahu. Hal ini sesuai firman Allah SWT ; Artinya : “Sesungguhnya Allah di sisi-Nya ilmu (tentang) kiamat, dan Dia menurunkan hujan dan mengetahui apa-apa dalam rahim. Dan tiada seorang mengetahui apa yang akan dikerjakan besok dan tiada seorang mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (Luqman : 34)

Itulah sebabnya, karena tidak ada yang mengetahui maka untuk menuju kesana, masuk ke suatu yang baru, keadaan yang baru, yang belum diketahui situasi dan kondisinya, diperlukan persiapan, perencanaan dan perhitungan matang, baik dalam jasmani (fisik) maupun dalam ruhani (mental, psikis). Tiap orang Muslim harus membuat rencana kerja, membuat persiapan untuk hari esok (akhirat), berupa apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya. Ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surah Al Hasyr ayat 18 di atas, yang artinya : “Hendaklah (tiap-tiap) diri memperhatikan apa yang dipersiapkan untuk esok (akhirat).”

Manajemen Berdasarkan Sasaran Bagi Muslimin

Mengelola masa depan yang tidak pasti itu perlu penanganan yang baik dan untuk itu dapat digunakan ilmu manajemen yang biasa dipakai eksekutif perusahaan, yaitu menjalankan fungsi-fungsi seperti Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan. Sebagai orang Muslim, tentu pelaksanaan fungsi-fungsi itu harus berdasarkan Al Qur’an dan Hadits, karena kalau tidak akan sesat salah arah, sesuai sabda Nabi SAW : “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah Rasulullah.” (HR. Muslim)

Menetapkan Sasaran

Setiap perusahaan atau badan usaha apapun harus mempunyai target atau sasaran dalam kerjanya. Biasa disebut untung atau laba (profit), bagi perusahaan yang bertujuan mencari untung. Ilmu manajemen yang menentukan suatu sasaran (hasil) sebagai pusat perhatian dikenal dengan nama Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS) atau Management by Objectives ( MBO); Management by Mission atau disebut juga Result Management.

Bagi umat Islam yang menjadi sasaran utamanya adalah surga yang diridhai Allah. Dalam Al Qur’an banyak ditemukan pernyataan mengenai hal ini.
Firman Allah SWT ; Artinya : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Ali Imraan : 133)

Untuk mencapai sasaran utama itu harus melalui sasaran kedua, yaitu menjadi orang bertaqwa, artinya untuk mencapai surga harus menjadi orang yang taqwa. Secara sederhana arti taqwa adalah ta’at, patuh kepada Allah yaitu mengerjakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Nabi SAW bersabda : “Semua umatku masuk surga kecuali orang yang menolaknya.” Mendengar sabda tersebut para sahabat bertanya, “Siapakah orang yang menolak itu, ya Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, “Orang yang menentang (perintah dan larangan) ku adalah orang yang menolak masuk syurga.” (HR. Bukhari)

Merencanakan Tindakan Amaliah

Langkah berikut, membuat rencana tindakan (work planning) yang berorientasi (menuju) kepada sasaran yaitu menjadi orang taqwa.

A) Menentukan kegiatan-kegiatan yang termasuk kepada perintah Allah dan yang termasuk kepada larangan Allah serta cara melaksanakannya.
B) Menentukan urutan tindakan-tindakan amaliah yang penting (utama), misalnya melaksanakan rukun Islam (puasa, sholat, puasa, zakat dan haji) yang dirinci dalam kelompok fardhu, sunnah muakkad, tathawu, makruh dsb sampai ke yang haram; serta kapan waktu-waktu pelaksanaannya.
C) Mengantisipasi penghalang yang mungkin muncul dan menetapkan tindakan untuk mengatasi. Misal kalau penghalang ibadah itu adalah tidak tahu caranya, maka harus belajar. Amal tanpa ilmu tidak diterima karena amal itu tidak sesuai dengan tata tertib yang ditentukan agama, sesuai sabda Nabi SAW : “Barangsiapa melakukan amal perbuatan (ibadah) yang bukan atas perintah kami maka itu tertolak.” (HR. Muslim)
Itu pula sebabnya bagi setiap kaum muslimin diwajibkan menuntut ilmu, seperti sabda Rasulullah SAW : “Menuntut ilmu (terutama ilmu agama) wajib bagi setiap kaum muslimin muslimat.” (HR. Ibnu Majah)
Rasulullah SAW juga bersabda : “Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Melakukan Penilaian

Penilaian, evaluasi dan introspeksi (muhasabah) atas kegiatan yang telah dilaksanakan dan sedang dilaksanakan harus dilakukan secara berkala (misal harian, mingguan, bulanan) atau di setiap akhir tahun.

A) Meninjau kembali apakah rencana dan kegiatan yang dilakukan itu sesuai dengan tuntunan agama (Al Qur’an dan hadits) yang berarti sesuai pula dengan sasarannya.
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan tiap bid’ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka.” (HR. Muslim)

B) Mengevaluasi dan introspeksi (muhasabah) apakah tindakan atau kegiatan yang dilakukan itu sesuai dengan rencana. Bila tidak apakah yang menjadi penyebabnya.
Muhasabah ini adalah tahap paling penting seperti kata Sayidina Umar bin Khattab ra : “Hisablah (hitung) dirimu sendiri sebelum kamu dihisab dan timbanglah dirimu terlebih dahulu sebelum kamu ditimbang dan persiapkanlah untuk menghadapi alam terbuka yang besar (padang mahsyar)”.

Kalau hisab itu datang di hari akhirat yang dilakukan Allah dan malaikat-Nya, maka tidak ada kesempatan lagi untuk melakukan perbaikan. Oleh sebab itu jangan tunggu nanti atau besok. Sebab mungkin saja musibah, krisis yang terjadi sekarang adalah karena dosa kita yang disegerakan azabnya di dunia sebagai peringatan. Sekarang sa’at terbaik untuk beramal sholeh, sebelum ruh sampai tenggorokan untuk meninggalkan jasad. Pada sa’at mayit dibawa ke kubur nanti maka hanya amal yang tetap menemani di kubur, sesuai sabda Nabi SAW : “Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedang yang tinggal bersamanya adalah amalnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sungguh malang orang yang amalnya selama di dunia adalah amal salah, apalagi kalau kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah SWT, sesuai firman-Nya ; Artinya : “Dan orang-orang yang ingkar dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al Baqarah : 39)

Itu sebabnya Nabi SAW bersabda : “Orang yang cerdik ialah orang yang dapat menaklukkan nafsunya dan beramal untuk bekal sesudah wafat.” (HR. Abu Daud)

Semoga muhasabah di akhir tahun ini membuat amal sholeh kita lebih meningkat di tahun depan dan semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan kita pada tahun lalu serta memasukkan kita ke dalam golongan orang yang bertaqwa. Amin.

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 27 Dzulhijjah 1418 H - 24 April 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar