Jumat, 09 Juli 2010

IMAN ISLAM - Cara Meningkatkannya

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (An Nisaa’: 136)

Seseorang disebut Muslim atau memeluk Islam apabila dia menyatakan dirinya adalah orang Muslim. Pernyataan ini harus didukung dengan kesaksian, dengan ikrar yang kita sebut dengan mengucapkan dua kalimah syahadat, yaitu : ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH – “Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah - dan aku ber-saksi, Muhammad utusan Allah”

Apakah pernyataan iman dengan dua kalimah syahadat cukup sebagai bukti bahwa seseorang itu Muslim? Belum. Akan diuji dulu dalam bentuk cobaan hidup atau kesenangan hidup serta diuji dengan perintah amal perbuatan dan perintah larangan yang harus dita’ati. Semua ujian yang diberikan itu akan membuktikan apakah perkataan “telah beriman”nya diucapkan dengan lidah dan dibenarkan oleh hati ataukah hanya oleh lidah saja dan hati mendustakannya.

Allah SWT berfirman : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al Ankaabut : 2-3)

Apakah tanda-tandanya bahwa seseorang itu benar beriman sesuai pernyataannya? Al Qur’an menyebutkan: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Al Baqarah : 177)

Sholat - Ujian Iman

Dari Al Baqarah ayat 117 di atas terlihat bahwa salah satu tanda orang yang benar imannya adalah mendirikan sholat (tidak pernah meninggalkannya dalam situasi bagaimanapun). Islam, ibarat sebuah bangunan rumah dimana sholat merupakan tiangnya. Orang Muslim yang tidak mendirikan sholat berarti telah merobohkan Islam (di dalam dirinya) dan hal itu sebagai tanda bahwa imannya tidak benar. Bahkan dalam hadits diriwayatkan bahwa orang itu telah kafir terang-terangan, sesuai sabda Nabi SAW :
“Barangsiapa meninggalkan sholat dengan sengaja maka dia kafir terang-terangan.” (HR. Ahmad)

Sholat (fardhu) merupakan perintah bagi orang yang menyatakan dirinya beriman yang harus dita’ati (bentuk ujian keta’atan) dan sekaligus juga merupakan ujian dalam kesabaran. Orang yang tidak ta’at adalah orang yang beriman dengan tidak benar, maka dia tidak mendirikan sholat atau kalaupun dia sholat maka hal itu adalah karena riya’ yaitu agar dilihat dan dipuji oleh orang lain.

Orang yang tidak memiliki kesabaran adalah orang yang kurang imannya sehingga sholatnya dilakukan secara tidak khusyu’ karena orang tersebut tidak sabar dalam ibadah. Tidak sabar dalam bersholat akan menyebabkan sholatnya menjadi tidak baik. Orang yang sholat tidak khusyu’ atau tidak baik, termasuk orang yang merugi. Dalam sebuah hadits disebutkan : “Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi.” (HR. Annasa'i dan At-Tirmidzi)

Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu` (dalam sholat), laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. “ (Al Ahzab : 35)

Sholat - Reformasi Syahadah

Dengan sholat berarti setiap hari seorang Muslim selalu secara kontinyu (terus menerus tanpa terputus) melakukan reformasi syahadah atau memperbaharui ikrar iman. Dalam sehari semalam, minimal sebanyak 9 (sembilan) kali kita ucapkan setiap sholat fardhu (di dalam tasyahud). Alangkah baiknya sa’at lidah kita bertasyahud diikuti pula oleh hati dan anggota tubuh lainnya; yang turut bersaksi dan membenarkan secara ikhlas serta yakin dengan apa yang diucapkan oleh lidah. Sungguh besar manfa’atnya, apalagi kalau di samping sholat fardhu rajin pula kita tegakkan sholat nawafil (sunnah ba’diyah, qobliyah dan tahajjud), sehingga akan makin banyak kita bertasyahud yang berarti semakin sering iman diperbaharui. Dalam hadits dari Anas bin Malik dikatakan: “Tidak ada (imbalan lain) bagi seseorang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah benar-benar (keluar) dari hatinya, melainkan Allah mengharamkan baginya siksa neraka." (HR. Muslim)

Meningkatkan Iman

Iman seseorang dapat bertambah dan berkurang. Gejala ini dapat dirasakan yaitu kalau biasanya kita rajin sholat fardhu ditambah sholat nawafil maka suatu sa’at hanya mengerjakan yang fardhu saja. Hal itu masih baik karena yang tidak baik adalah kalau kita tidak sholat. Dalam hadits dikatakan : ”Hati manusia kadangkala maju dan kadangkala mundur. Apabila sedang mengalami kemajuan shalatlah nawafil (sunah ba’diyah, qobliyah dan tahajjud) dan bila sedang mengalami kemunduran shalatlah yang fardhu-fardhu saja (lima waktu).” (Aththahawi)

Apa yang harus dilakukan agar iman tetap terpelihara atau meningkat?

1. Perbanyak Ilmu
Yakni ilmu yang dapat menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan keyakinan, yaitu yang berkaitan dengan Allah; Asma-asma-Nya; sifat-sifat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya serta nikmat-nikmat-Nya. Kedua, ilmu yang berkaitan dengan Rasulullah SAW, akhlak-akhlak yang beliau contohkan, manhaj hidup dan syari’atnya, serta perjalanan hidupnya dalam masalah ibadah, perjuangan dan muamalah. Ketiga, ilmu yang berkaitan dengan Al Qur’an berikut dengan apa yang dikandungnya berupa berita, contoh hukum, i’tibar dan garis-garis pembeda.

Dalam Al Qur’an dinyatakan : “dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (Al Hajj : 54)

2. Perbanyak Amal
Yakni amal saleh dan menjauhi amal salah (perbuatan maksiat) yang dapat melemahkan iman. Iman dan amal adalah dua hal yang harus saling berdampingan, tidak dapat dipisahkan. Pernyataan iman harus diuji dengan keta’atan untuk berbuat amal saleh. Dalam sebuah hadits dikatakan : “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan (amal saleh) dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman.” (HR. Aththabrani)

3. Perbanyak Dzikir & Fikir
Dzikir mengingat Allah serta sifat-sifat dan keagungan-Nya; dan membaca kalam-Nya, ayat-ayat-Nya sehingga hati selalu terpaut kepada-Nya. Diriwayatkan dari Abu Ja’far dari kakeknya ‘Umar bin Khubaib dan dia menerimanya dari Rasulullah SAW, katanya : "Rasulullah SAW bersabda: “Iman itu bertambah dan berkurang”, lalu ia bertanya kepada beliau: “Apa gerangan ya Rasulullah yang dapat menambahnya dan menguranginya?” Rasulullah SAW menjawab: “Jika kita mengingat Allah dan memuji-Nya, mensucikan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya, maka di situlah iman akan bertambah kualitasnya; dan jika kita melupakan atau lalai kepada-Nya maka di situlah iman kita menjadi berkurang”. (Syarah Qasidah Ibnul Qayyim)

Hal ini sesuai dengan apa yang diberitakan oleh Allah SWT kepada kita di dalam Al Qur’an, bahwa di antara sifat-sifat orang Mukmin itu adalah senantiasa berdzikir kepada Allah, dalam segala keadaan sambil memikirkan, merenungkan ciptaan-ciptaan-Nya : “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imraan : 191)

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 29 Shafar 1421 H - 2 Juni 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar