Jumat, 09 Juli 2010

MUNAFIK - Musuh Besar Islam

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman: “Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh-tubuh mereka mengagumkan engkau. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan perkataan mereka. Mereka seolah-olah kayu yang tersandar, mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepadanya. Mereka itu musuh maka waspadalah terhadap mereka. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka dapat dipalingkan.” (Al Munaafiquun : 4).

Manusia berdasarkan imannya, di dalam Al Quran di awal surah Al Baqarah dibagi kedalam 3 golongan, yaitu al mukminun, al kuffar (kafir) dan al munafiqun. Ketiga golongan manusia inilah yang dengan sifat-sifatnya yang khas memberi warna bagi kehidupan dunia. Bagi umat Islam (al mukminun) yang perlu diwaspadai keberadaannya dari kedua golongan yang lain (kafir dan munafik) adalah yang munafik. Demikian berbahaya dimana di awal surah Al Baqarah tersebut terdapat 13 ayat yang membahas perihal golongan munafik ini (Al Baqarah : 8-20), sedang tentang golongan mukminun hanya 4 ayat (Al Baqarah : 2-5) dan golongan kafir ada 2 ayat (Al Baqarah : 6-7).

Mengapa orang munafik lebih berbahaya daripada orang kafir? Golongan kafir sudah jelas jati dirinya dan kita umat Islam dapat mengambil jarak dan menentukan sikap terhadap mereka. Tetapi orang munafik, sulit bagi kita untuk menentukan sikap dengan segera, karena mereka “berbaju” mukmin, mengaku Islam (Al Baqarah : 8). Bahasa dan ungkapan-ungkapannya bernada Islam. Penampilan merekapun, tak berbeda dengan kaum muslimin lainnya. Namun, dalam hati mereka ada penyakit, menyimpan rasa benci, hasud, dengki terhadap Islam serta kaum muslimin (Al Baqarah : 10).

Mereka sangat berbahaya karena dapat membaur tanpa terlihat. Kata pepatah, ibarat musang berbulu ayam - serigala berbulu domba - musuh dalam selimut. Kebanyakan mereka adalah orang cerdik pandai, pintar bicara, mampu meyakinkan orang dengan kefasihan lidahnya (Al Munafiqun : 4).

Pada hakikatnya, mereka adalah musuh-musuh Islam. Permusuhan itu timbul dari hati yang keras (akibat benci, dengki, hasud), sehingga pada umumnya orang mengira bahwa mereka adalah kaum cerdik pandai yang akan mengadakan reformasi (perbaikan), namun kenyataannya mereka sebenarnya adalah orang-orang sesat yang berusaha merusak sendi-sendi agama (Al Baqarah : 11-12). Sudah berapa banyak dari pemikir-pemikir Islam yang terkecoh atas siasatnya?

Demikian berbahaya, hingga Allah SWT memberi peringatan melalui surah khusus, Al Munaafiquun (Surah ke 63, diwahyukan di Madinah). Dalam Al Quran kata an nifaq dan kata jadiannya disebut sebanyak 37 kali dalam surat yang berbeda. Yaitu dalam surat Ali ‘Imran, Al Hasyr, At Taubah, Al Ahzab, Al Fath, Al Hadid, Al Anfaal, Al Mu-naafiquun, An Nisaa’, Al ‘Ankabut dan At Tahrim.

Macam-Macam Nifak.

Ahlussunnah Wal Jama’ah membagi sifat nifak itu menjadi 2 macam :

1) Nifaq I’tiqadi (Nifak iman)
Orang munafik jenis ini adalah yang pada zhahirnya membenarkan risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW, tetapi di dalam hatinya mendustakan. Dalil nifak i’tiqadi ini adalah firman Allah SWT : “Diantara manusia ada yang mengatakan : “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu di tambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al Baqarah : 8-10)

2) Nifak ‘Amali (Nifak Perbuatan)
Dalil nifak ‘amali adalah sesuai sabda Rasulullah SAW : “Ada empat perangai yang menyebabkan seseorang itu menjadi munafik yang sejati. Barangsiapa yang terdapat pada dirinya salah satu dari perangai yang empat, maka ia mempunyai salah satu dari perangai kemunafikan hingga ia meninggalkannya yaitu, apabila dipercaya berkhianat, apabila berbicara berdusta, bila berjanji mengingkari dan bila bertengkar berbuat jahat.” (HR. Bukhari, Muslim)

Ciri-Ciri Munafik.

Saat ini angin reformasi masih berhembus didengungkan oleh banyak orang, dimana banyak yang menjadi musuhnya Islam (terutama yang munafik) turut menyuarakannya secara lebih keras, maka hendaklah kita berhati-hati apakah reformasi yang dituntut mereka itu sesuai dengan ajaran Islam. Jangan sampai terjebak kata-kata manis dan magis (sakti) yang sedang populer diucapkan : reformasi - kebebasan, tetapi yang timbul adalah kehancuran dan kerusakan serta perpecahan bangsa.

Ummat Islam boleh dan wajib melakukan reformasi, menuntut kebebasan (dalam rangka menunaikan amar ma’ruf dan nahi mungkar) yang bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat asal saja dilakukan dengan tata cara sesuai Al Qur’an dan Al Hadits. Untuk itu harus dilihat siapa yang menyuarakan reformasi dan kebebasan itu. Apakah mereka memiliki ciri-ciri orang munafik dan apakah perjuangannya itu sesuai dengan ajaran Islam?

Ajaran Islam melalui Al Qur’an dan hadits memberikan kriteria tentang orang-orang munafik, antara lain yang pokok yaitu :

(1) Kalau bicara mereka suka berdusta mengatakan hal yang tidak benar dengan maksud agar orang percaya dan tertarik.

Sesuai hadits Nabi SAW : “Apabila berbicara berdusta” (HR. Bukhari, Muslim)

Firman Allah SWT : “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, “Kami mengaku bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah.” Dan Allah mengetahui sesungguhnya engkau adalah utusan-Nya. Dan Allah menyaksikan bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (Al Mu-naafiquun : 1 dan lihat Al Baqarah : 8-10)

(2) Kalau berjanji mereka tidak menepati, menunda-nunda waktu dan bahkan mengingkari,

Sesuai hadits Nabi SAW : “Bila berjanji mengingkari.” (HR. Bukhari, Muslim)

(3) Kalau mendapat amanah (kepercayaan) mereka suka berbuat khianat,

sesuai hadits Nabi SAW : “Apabila dipercaya berkhianat.” (HR. Bukhari, Muslim)

Khianat termasuk dilarang dalam agama, sesuai firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan jangan mengkhianati yang diamanatkan kepadamu padahal kamu mengetahui.” (Al An-faal : 27)

(4) Kalau bertengkar mereka suka berbuat keji atau jahat kepada lawannya dan akan berbuat curang agar dia dapat mengalahkan lawannya, sesuai hadits Nabi SAW : “Bila bertengkar berbuat jahat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

(5) Bila ada orang, mereka terlihat rajin beramal ibadah, tetapi ketika sendiri mereka malas melakukannya,

sesuai firman Allah SWT : “Sesungguhnya orang-orang munafik memperdayakan Allah, padahal Allah memperdayakan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan bermalas-malasan. Mereka riya (ingin dilihat) oleh manusia, dan mereka tidaklah mengingat Allah melainkan sedikit.” (An Nisaa’ : 142)

(6) Tajam lidah atau pedas bicaranya terutama ketika mengkritik lawannya bahkan dengan mencaci maki kehormatan orang (Lihat Aali ‘Imraan : 159 ; Luqman : 19 ; Al Munafiqun : 4 ; Al Ahzab : 19).

Sabda Nabi SAW : “Sesungguhnya Allah membenci orang yang berhati kasar (kejam, keras), sombong, angkuh, bersuara keras di tempat umum, pada malam hari serupa bangkai dan pada siang hari serupa keledai, mengetahui urusan dunia tetapi jahil (bodoh dan tidak mengetahui) urusan akhirat.” (HR. Ahmad)

(7) Memperolok-olok Al Qur’an, as sunnah dan Rasulullah SAW (At Taubah : 65-66)

(8) Bersumpah palsu (Al Munaafiquun : 2 ; Al Mujadilah : 16)

(9) Suka menyebarkan kabar dusta, hasud (Al Ahzab : 60-61)

(10) Membuat kerusakan dengan dalih mengadakan perbaikan. (Al Baqarah : 11-12)

(11) Mereka menyuruh perbuatan munkar dan mencegah perbuatan yang ma’ruf (At Taubah : 67)

(12) Mereka tidak faham masalah agama (Al Munaafiquun : 7)

(13) Mereka senang dengan musibah yang menimpa orang lain (At Taubah : 50)

Itulah sebahagian dari ciri-ciri orang munafik yang dapat disampaikan pada lembaran terbatas ini. Apakah ganjaran bagi mereka atas perbuatannya itu? Firman Allah SWT : “Allah telah menjanjikan (mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknat mereka dan bagi mereka azab yang kekal.” (At Taubah : 68)

Demikian, semoga bermanfa’at.

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 24 Safar 1419 H - 19 Juni 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar