Jumat, 09 Juli 2010

DO'A - Yang Dikabulkan Allah

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al Baqarah : 186)

Dalam hadits diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, bahwasanya do’a orang yang puasa tidak ditolak sampai dia berbuka (HR. Attirmidzi). Kalau kita lihat surah Al Baqarah ayat 186 di atas maka syarat dikabulkannya do’a adalah : Memenuhi perintah, ta’at, patuh (taqwa) kepada Allah dan Beriman (hanya) kepada Allah. Kemudian karena taqwa dan iman itu (yang dilakukan dengan murni) maka seseorang itu akan bertindak (berperilaku) yang benar, sesuai keta’atannya pada perintah dan larangan Allah serta Rasul-Nya.

Puasa (terutama puasa Ramadhan) yang wajib bagi orang beriman, tujuannya adalah agar seseorang itu bertaqwa, sesuai firman Allah :“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al Baqarah : 183)

Dan dalam suatu hadits, Nabi SAW telah bersabda : “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan “imaanan wahtisaaban” - keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah - maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari)

Terlihat bahwa kaitan Al Qur’an dan hadits di atas saling menguatkan dalam menjelaskan hubungan antara do’a, puasa, iman dan taqwa. Jadi kedudukan hadits Attirmidzi di atas adalah kuat sebagai dalil dalam membahas masalah do’a yang dikabulkan. Berpatokan dari dalil tersebut bagaimana nasib orang-orang yang tidak puasa Ramadhan atau berpuasa tetapi bukan karena “imaanan wahtisaaban”? Mereka adalah orang merugi karena dosa-nya tidak diampuni. Selama bulan Ramadhan setiap orang beriman diberi kesempatan untuk melebur dosa dengan berdo’a, berdzikir, berinfaq, dan beramal ibadah. Jadi merugi orang yang berkesempatan hidup di bulan Ramadhan tetapi tidak dapat memanfaatkan peluang itu dan tidak terampuni dosanya.

Dalam suatu hadits diriwayatkan bahwa Nabi SAW meng “amin” kan perkataan malaikat Jibril yang mengatakan kepada Nabi SAW : “Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan (hidup) pada bulan Ramadhan tetapi tidak terampuni dosa-dosanya.” (HR. Ahmad)

Adab Dalam Berdo’a.

Agar do’a dikabulkan Allah SWT maka hendaklah diperhatikan pula mengenai tata cara, adab, etika yang harus dipenuhi dalam berdo’a antara lain yaitu :

1. Memilih waktu-waktu mulia.

Bulan Ramadhan adalah bulan mulia di antara bulan-bulan lainnya. Sedangkan hari Jum’at adalah hari mulia di antara hari lainnya, dimana pada hari Jum’at ada waktu yang di ijabah sehingga sungguh baik bila digunakan untuk memohon, sesuai sabda Rasulullah SAW : “Di hari Jum`at itu ada suatu waktu, di mana bila seorang muslim shalat dan meminta sesuatu tepat pada saat itu, pasti Allah mengabulkannya.” (HR. Bukhari, Muslim)

Dalam sehari semalam ada waktu yang mulia yaitu di tengah malam sa’at orang nyenyak tidur di antara pukul 02.00 sampai waktu fajar. Gunakan waktu ini sebaik-baiknya untuk sholat tahajjud dan berdo’a. Nabi SAW bersabda :“Tu han kita Yang Maha Suci lagi Maha Luhur setiap malamnya turun ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiga terakhir. Dia berfirman: Siapa saja yang berdo`a kepada-Ku, maka Aku penuhi permohon-annya. Dan siapa saja yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.” (HR. Bukhari, Muslim)

2. Di sa’at berlangsung peristiwa mulia.

Peristiwa mulia atau penting adalah saat yang baik untuk diisi dengan berdo’a seperti yang disebutkan dalam hadits-hadits karena do’a pada saat itu tidak ditolak, yaitu sesudah sholat fardhu, saat sujud akhir sholat, saat berpuasa, saat hujan turun, antara adzan dan iqomat, dizalimi orang, saat perang fisabilillah, saat wukuf di Arafah dll.

3. Menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangan.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw berdo’a di padang Arafah sambil menghadap kiblat, lalu beliau berdo’a terus menerus sampai matahari terbenam. (HR. Muslim)
Hadits riwayat Anas ra. ia berkata: Aku melihat Rasulullah saw. mengangkat kedua tangannya saat berdo`a hingga nampak putih ketiaknya.” (HR. Bukhari, Muslim)

4. Melembutkan suara.

Jangan mengeraskan suara karena Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi sekalipun. Allah SWT berfirman : “Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al A’raaf : 55)

Rasulullah SAW bersabda: “Wahai manusia! Rendahkan suara kalian. Sesungguhnya kalian tidak sedang berdo`a kepada yang buta maupun yang ghaib. Sesungguhnya kalian justru sedang berdo`a kepada yang Maha Mendengar lagi sangat dekat. Dia bersama kalian.” (HR. Bukhari, Muslim)

5. Berendah diri dan berkhusyu’.

Berdo’a dengan tadharru’ (berendah diri dan beriba-iba) serta dngan khusyu’ dan harap-harap cemas (raja’) akan dikabulkan.
Allah SWT berfirman : “…..Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.” (Al Anbiyaa : 90)

“Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al A’raaf : 55)

6. Berdo’a seraya yakin akan dikabulkan.

Berdo’a hendaknya dilakukan dengan hati yang mantap dan merasa yakin akan dikabulkan dan hendaklah menguatkan harapan akan hal itu. Dalam suatu hadits diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: “Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah ‘Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa do’amu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan do’a orang yang hatinya lalai dan lengah.” (HR. Ahmad)
“Apabila salah seorang dari kamu berdo`a, maka janganlah dia berkata: Ya Allah! Ampunilah aku jika Engkau sudi. Tetapi bersungguh-sungguhlah dan mintalah masalah yang besar (surga atau pengam-punan), karena Allah tidak menghi-tung-hitung apa yang telah diberi-kan.” (HR. Bukhari, Muslim)

7. Mendesakkan do’a

Hendaklah berdo’a sambil mendesakkan do’anya itu seraya mengulang-ulang tiga kali, seperti yang juga dilakukan oleh Nabi SAW (HR. Muslim). Dan bila terlambat atau belum dikabulkan do’anya maka janganlah mengeluh. Nabi SAW : “Seseorang dari kalian akan dikabulkan do`anya, sepanjang dia tidak buru-buru berkata: Aku sudah berdo`a, tetapi aku tidak dikabul-kan.” (HR. Bukhari. Muslim)

8. Berdo’a dengan asmaul husna.

Allah SWT berfirman : “Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Al A’raaf : 180)

9. Taubatan Nashuha.

Adab yang paling penting adalah taubat atas semua dosa dan berjanji tidak akan melakukannya lagi.

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, insya Allah do’a akan dikabulkan dan bersabar bila belum karena mungkin ada hal lain :

“Tiada seorang yang berdo’a kepada Allah dengan suatu do’a, kecuali dikabulkan-Nya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan untuknya sampai akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa”. (HR. Atthabrani).

Semoga ada manfa’at dalam me-laksanakan puasa, memperbanyak do’a selama bulan Ramadhan ini, Dan mudah-mudahan Allah SWT memberi kemudahan kepada kita sekalian dalam menghadapi ujian, cobaan dan segala kesulitan.

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 6 Ramadhan 1419 H - 25 Desember 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar