Minggu, 11 Juli 2010

SHALAWAT & SALAM - Bagi Rasulullah SAW

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman; Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al Ahzaab : 56)

Bulan Rabiul Awal dikenal juga dengan nama bulan Maulid Nabi (bulan Mulud, kata lidah Jawa), karena pada tgl 12 bulan ini adalah hari kelahiran Muhammad SAW. Bila dihitung berdasar tahun Miladiah, sa’at itu bertepatan tgl 20 April 570 M. Pada usia 40, Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul, menjadi utusan Allah, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, sesuai firman Allah SWT : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Saba’ : 28)

Pernyataan sebagai pembawa berita dan pemberi peringatan ini di dalam Al Qur’an tidak hanya sekali saja, masih banyak lagi di beberapa tempat pada surah-surah lain dimana hal ini menunjukkan betapa penting masalah tersebut agar umat manusia menyadarinya. Namun masih banyak yang tidak mengetahuinya. Ada orang yang sudah mendengar, membacanya (Al Qur’an) namun tetap saja tidak tahu atau mungkin pura-pura tidak tahu dan bisa juga tidak mau tahu. Terbukti bahwa mereka tidak mengindahkan peringatan yang disampaikan oleh Nabi SAW. Mereka tetap saja berbuat maksiat dan bahkan tidak menegakkan sholat yang wajib. Padahal kelak pada hari hisab yang pertama kali diteliti dari diri seorang hamba adalah sholatnya.

Rasulullah SAW bersabda : “Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi.” (HR. Annasa'i dan At-tirmidzi)

Dalam Al Qur’an diperingatkan bahwa orang-orang seperti ini kelak akan menjadi penghuni neraka dan Nabi Muhammad SAW tidak akan diminta pertanggungan jawaban : “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.” (Al Baqarah : 119)

Sebaliknya kepada mereka yang ta’at dan patuh mendapat berita gembira : “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Al Baqarah : 25)

Nabi Muhammad SAW memang telah lama tiada tetapi bukan berarti risalah Islam yang telah disampaikan Beliau tersebut harus kita abaikan dan lupakan. Jangan sekalipun mencobanya, karena risalah Islam yang termaktub di dalam Al Qur’an dan As Sunnah itu adalah untuk kita umat akhir zaman. Itu sebabnya Nabi Muhammad SAW disebut juga sebagai Nabi dan Rasul terakhir yang menjadi penutup bagi seluruh Nabi dan Rasul. Tidak ada lagi Nabi sesudah Beliau. Di dalam Al Qur’an disebutkan : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Ahzab : 40)

Mencintai Rasulullah

Setiap orang yang mengaku penganut Islam hendaklah mencintai Nabi lebih dari segala-galanya yang ada di dunia ini, walaupun itu adalah orangtuanya ataupun anak-anaknya sendiri. Dalam suatu riwayat, Nabi SAW bersabda : “Tiada seorang beriman hingga aku lebih dicintai dari orangtuanya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari)

Di dalam Al Qur’an ditegaskan : “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri,” (Al Ahzaab : 6)

Bagi kita sekarang yang tidak hidup di zaman Nabi SAW, mencintai Nabi hendaklah dengan cara mengikuti ajarannya (melalui Al Qur’an dan As Sunnah) serta menta’atinya sesudah keta’atan kepada Allah. Di dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman : “Katakanlah: "Ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu ta`at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (An Nuur : 54)

Rasulullah SAW bersabda : ”Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah Rasulullah SAW.” (HR. Muslim)

Shalawat

Salah satu bentuk kecintaan kepada Nabi SAW tersebut adalah dengan menyampaikan shalawat dan salam kepada Beliau, sesuai firman Allah SWT dalam surah Al Ahzaab ayat 56 : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al Ahzaab : 56)

Kata shalawat adalah bentuk jamak dari kata shalat yang berarti rahmat, kemuliaan dan kesejahteraan. Arti bershalawat dapat dilihat dari pelakunya. Jika dari Allah SWT berarti memberi rahmat kepada makhluk; bila dari malaikat berarti memintakan ampun; dan bila dari orang-orang mukmin berarti suatu do’a agar Allah SWT memberi rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.

Apa yang harus diucapkan ketika menyampaikan shalawat kepada Nabi? Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Ibnu Mas’ud Al-Anshary ra dikatakan : “Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad. Kama shallaita 'ala aali Ibrahim. Wa baarik 'ala Muhammad, wa 'ala aali Muhammad. Kama baarakta 'ala aali lbrahim. Fil 'alamina innaka hamidun majid'." , Artinya : Wahai, Allah! Limpahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau melimpahkannya kepada keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkat-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau melimpahkannya kepada keluarga Ibrahim. Di alam semesta ini sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Agung."

Sighat shalawat seperti di atas harus dibaca sa’at sholat yaitu sesudah tasyahud akhir, sebelum salam.

Imam Syafi’ie bermadah : “Hai keluarga Rasulullah, cinta kepadamu itu termasuk kewajiban dari Allah di dalam Qur’an yang diturunkan-Nya. Cukuplah kehormatan yang besar bagimu, bahwa orang yang tidak mengucapkan shalawat atasmu, tidak ada shalat baginya.”

Jadi nyatalah bahwa meninggalkan pembacaan shalawat atas keluarga Nabi itu termasuk meninggalkan keutamaan yang sangat besar dan sunnah yang sangat berharga.

Waladzikrullahi Akbar.

Jum’at, 13 Rabiul Awal 1421 H - 16 Juni 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar