Minggu, 11 Juli 2010

P.H.K. - Musibah Bagi Karyawan

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman ; Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un (Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali)”. (Al Baqarah : 155 - 156)

Pengangguran di negara kita diperkirakan berjumlah 8,5 juta orang dimana dari jumlah tersebut termasuk 1,5 juta orang yang berasal dari PHK sejak terjadinya krisis moneter. Kemudian 4,4 juta orang dari pengangguran tahun lalu dan 2,7 juta merupakan penganggur dari angkatan kerja baru. Demikian pernyataan Menaker seperti yang dimuat di media-media hari Jumat 6 Februari 1998. Berita ini sangat memprihatinkan dan kita juga tidak tahu berapa lagi jumlah yang akan bertambah dari PHK (Pemutusan hubungan kerja) menyusul semakin banyaknya usaha-usaha yang bangkrut akibat krisis moneter yang masih berlanjut. Yang dikhawatirkan dari pengangguran itu adalah ekses negatifnya berupa timbulnya tindakan pelanggaran kriminal seperti pencurian, perampokan dan lainnya.

PHK adalah peristiwa yang tidak disukai oleh siapapun. Apalagi bagi karyawan yang belum siap menghadapinya. Bisa bermacam reaksi yang muncul dalam menghadapi dan menanggapi PHK. PHK bagi siapapun sangat menyakitkan, tetapi kebijakan perusahaan yang kadang-kadang dianggap tidak bijak oleh sebagian orang itu memang terpaksa harus dilakukan bila keadaan memang sudah sangat parah.

Penyebab PHK dapat berasal dari karyawan sendiri (baik karena kemauan sendiri ataupun tidak). Kemauan sendiri karena sudah mendapatkan tempat lebih baik misalnya gaji lebih tinggi atau lebih dekat rumah atau suasana kerja lebih menyenangkan walaupun gaji kecil dsbnya. Tidak atas kemauan sendiri alias terpaksa, misalnya dipecat karena tidak becus kerja, sering tidak masuk kerja (mangkir) atau berbuat kesalahan yang merugikan perusahaan; dan faktor umur yang sudah melewati batas juga mengakibatkan seseorang harus di PHK atau dipensiun dari pekerjaan; serta dapat juga karena perusahaan melakukan pengurangan tenaga kerja.

PHK oleh perusahaan dalam rangka penghematan biaya yang dalam istilah manajemennya dipakai kata effisiensi, rasionalisasi, restrukturisasi dsbnya, yang ujung-ujungnya adalah pengurangan tenaga kerja. Biasanya yang di PHK terlebih dulu adalah para karyawan yang rendah standard kerjanya, kurang trampil dalam bekerja.

Musibah dan Cara Menghadapi.

Bila PHK itu merupakan kebijakan perusahaan maka bagi karyawan hal itu adalah musibah. Musibah karena dengan terjadinya PHK itu dia kehilangan pendapatan yang biasa diperolehnya. Ini berarti dia tidak dapat lagi memberi nafkah bagi dirinya dan keluarganya selama dalam keadaan menganggur.
Bila musibah PHK itu terjadi, sebagai seorang muslim apa yang harus dilakukan?

Pertama : Bershabar.

Segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam ini adalah kehendak Allah. Tidak ada sedikitpun yang terlepas dari pengawasan-Nya. Hidup-mati, susah-senang, kaya-miskin adalah kehendak Allah untuk menguji hamba-Nya, siapa yang paling taqwa dan bershabar. Islam mengajarkan dalam kondisi apapun seorang muslim itu harus selalu ingat kepada Allah. Dalam kondisi senang tetap ingat kepada Allah dengan bersyukur atas segala nikmat karunia-Nya. Ketika kondisi susah tetap ingat kepada Allah (bertawakkal) dengan bershabar atas cobaan-Nya. Seorang muslim dapat dinilai tinggi rendah ketaqwaannya di sa’at pertama kali musibah menimpa dirinya yaitu dari shabarnya. Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwasanya Nabi SAW bersabda : “Memukul paha ketika ada musibah itu bisa menghapus pahala, dan shabar pada pukulan yang pertama itu dapat menambah banyaknya pahala. Besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya musibah. Barangsiapa yang mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un sesudah ada musibah maka Allah memperbaharui pahalanya seperti pada saat ia tertimpa musibah”. (Tanbihul Ghafilin)

Di dalam Al Qur’an dijelaskan pula bahwa Allah telah menjanjikan pahala yang besar apabila seseorang shabar dan ikhlas sewaktu ada musibah, dimana Allah SWT berfirman :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (Al Baqarah : 155)

Orang sabar seperti apakah yang layak mendapat berita gembira itu? Pada ayat selanjutnya Allah SWT berfirman : “Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un (Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali)”. (Al Baqarah : 156)

Dari ayat di atas jelas bahwa mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un itu bukan hanya sa’at mendapat musibah kematian saja seperti kebiasaan orang-orang selama ini, tetapi juga ketika mendapat segala macam bentuk musibah. Termasuk sampai musibah yang paling kecil sekalipun seperti yang diriwayatkan dari Nabi SAW :
“Hendaklah salah seorang di antara kamu mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un apabila tali sandalnya putus karena itu termasuk musibah”. (Tanbihul Ghafilin)

Kedua : Tetap mendirikan sholat.

Banyak orang-orang yang ketika mendapat cobaan berupa musibah merasa seperti kehilangan pegangan hidup. Pikiran kacau, linglung. Menyalahkan Allah bahwa Allah itu tidak adil karena menimpakan musibah kepadanya padahal dia telah banyak ibadah dan beramal; tetapi si anu yang tidak pernah sholat, puasa, zakat dan sadaqoh mengapa koq malah semakin maju usahanya, menanjak karirnya?. Ada yang menyalahkan orang lain, bahwa musibah itu adalah karena ulah perbuatan si fulan. Padahal Allah telah berfirman : Artinya : “Apa saja kebaikan yang engkau peroleh adalah dari sisi Allah, dan apa saja bencana yang menimpa engkau adalah dari kesalahan dirimu sendiri”. (An Nisaa’ : 79)

Menyalahkan orang lain atau Allah adalah tanda lemahnya iman dan rendahnya ketaqwaan hingga orang yang mendapat musibah itu tidak tahan, tidak sabar menghadapinya. Akhirnya punya sahabat baru yang bernama jhonny walker, bir bintang. Namanya mabuk adalah pekerjaan baru.

Sholat yang dulu tidak pernah absen, mulai ditinggalkan. Padahal sholat adalah media komunikasi kepada Allah paling utama yang wajib dan tidak boleh ditinggalkan. Dalam kondisi susah atau senang sholat ini harus tetap ditegakkan. Waktu senang sebagai tanda syukur atas karunia nikmat-Nya dan sa’at susah sebagai sarana untuk memohon pertolongan kepada-Nya, sesuai firman Allah SWT : Artinya : ”Dan mohonlah pertolongan dengan shabar dan sholat; dan sesungguhnya sholat itu berat kecuali atas orang-orang yang khusyu’ ”. (Al Baqarah : 45)

Ketiga : Berusaha.

Disamping shabar dan sholat maka upaya lain adalah tetap berusaha untuk mencari pekerjaan. Mencari pekerjaan tidak harus dari sektor formal saja (jadi pegawai kantor atau pabrik), tetapi dapat juga di sektor informal, misalnya berusaha sendiri menjadi pedagang, jasa makelar atau apa saja dapat dilakukan yang penting halal dan tidak malu mengerjakannya. Percuma saja kita shabar dan sholat kalau tidak disertai berusaha. Tawakkal yang benar adalah berusaha dan berdo’a. Yang bisa merubah nasib kita adalah diri kita sendiri melalui berusaha, sesuai firman Allah SWT : Artinya :
“Demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan merobah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum hingga kaum itu berusaha merobah apa yang ada pada diri mereka sendiri”. (Al Anfaal : 53)

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 22 Syawal 1418 H - 20 Februari 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar