Jumat, 09 Juli 2010

SYAHADAT - Proklamasi Keimanan

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata, "Kami telah beriman," sedang mereka tidak diuji?” (Al 'Ankabuut : 2)

“Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Al 'Ankabuut : 3)

Setiap orang yang menyerahkan diri masuk ke dalam Islam wajib untuk berikrar dengan lisan, mengucapkan dua kalimah syahadat : "Asyhadu an la illaha ilallah wa asy-hadu anna Muhammadur Rasulullah - Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul utusan Allah."

Pengucapan kalimah syahadat itu bermakna bahwa seseorang itu telah melihat, menyaksikan kebenaran sehingga dia dengan kemauan sendiri tanpa tekanan dan paksaan memproklamasikan dirinya bahwa dia telah bersaksi, beriman, telah berserah diri (menjadi orang Islam), sebagai orang yang percaya kepada Allah Yang Hanya Satu-satunya Dzat Yang Harus dan Patut Disembah dan Dipertuhankan serta percaya bahwa Muhammad adalah Rasul, utusan Allah.

Syahadat Dan Amal Sholeh

Bagi tiap orang Muslim pengucapan syahadat ini tidak cukup hanya sekali saja. Syahadat wajib diulang-ulang setiap hari saat sholat fardhu dalam tasyahud. Dengan demikian syahadat itu diharapkan tidak hanya menjadi hiasan lisan tetapi melekat erat menyatu dalam hati dan kemudian melalui seluruh aliran pembuluh darah dan syaraf mengalir ke seluruh tubuh, membentuk akhlakul karimah bagi mereka yang mengaku diri Muslim.

Seperti layaknya bila menjadi anggota suatu organisasi atau kelompok yang harus mematuhi aturan organisasi, maka bagi setiap orang Muslim ikrar syahadat itu seharusnya berbekas pada akhlak, terlihat pada amal perbuatan sesuai perintah dan petunjuk dalam Islam yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya melalui Al Qur’an dan As Sunnah.

Rasulullah SAW bersabda : "Iman itu membenarkan dalam hati, mengatakan dengan lidah dan mengamalkan dengan anggota badan." (HR. Ibnu Majah)

Orang yang sudah menyatakan diri beriman (mengucapkan syahadat) tetapi tidak mengamalkan aturan dalam Islam, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dan justru malahan berbuat sebaliknya yaitu berlaku keji, dzalim, baik kepada sesama manusia ataupun pada makhluk hidup lain, maka orang itu termasuk golongan orang yang beriman di lisan saja dan dia adalah orang yang tidak benar imannya sehingga akan merugilah dia kelak.

Firman Allah dalam Al Qur’an : "Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah (peraturan-peraturan Allah) sesudah perjanjian itu teguh dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya (Shilaturahim) dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi." (Al Baqarah : 27)

Sebaliknya orang yang sudah beriman dan kemudian meneguhkan pendiriannya atas kesaksiannya itu dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya maka Allah menjanjikan surga bagi mereka : "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah", kemudian mereka beristiqamah (berketetapan hati, teguh pendirian), maka malaikat-malaikat turun kepada mereka (lalu berkata), "Janganlah kamu takut dan janganlah kamu berdukacita, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan (Allah) kepadamu." (Fushshilat : 30)

Iman tanpa amal sholeh tidak akan diterima, demikian pula sebaliknya amal sholeh tanpa iman juga akan ditolak, sesuai sabda Nabi SAW : "Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman." (HR. Atthabrani)

Amal sholeh yang dilakukan hendaklah yang berasal dari tuntunan Rasulullah SAW dan jangan seseorang itu mengikuti bid'ah karena tidak akan diterima, demikian sabda Rasulullah SAW : "Barangsiapa melakukan amal perbuatan yang bukan atas perintah kami maka itu tertolak." (HR. Mus-lim)

Disamping itu hendaklah pada tiap waktu yang ada sebagai seorang Muslim selalu melaksanakan tugas amar ma'ruf nahi munkar, sebagai bagian dari iman dan amal sholeh agar tidak termasuk golongan yang merugi, karena Allah SWT telah berfirman : "Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran". (Al 'Ashr : 1-3)

Amar ma'ruf nahi munkar yang dianjurkan, didakwahkan, diajarkan kepada orang lain itu hendaklah sesuai dengan tindakannya sendiri sebagai teladan bagi orang yang dituju. Sebelum diajarkan, dianjurkan kepada orang lain maka hendaklah dia secara tetap sudah melaksanakannya terlebih dahulu, karena dakwah itu bukanlah pemanis bibir, lain di mulut lain di hati, tetapi adalah suatu yang sakral sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya.

Bagi orang yang berdakwah tetapi tidak melakukan hal-hal yang dianjurkannya maka orang itu diancam dengan siksa neraka sesuai sabda Rasulullah SAW : "Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, "Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah perbuatan munkar?" Orang tersebut menjawab, "Ya benar, dahulu aku menyuruh berbuat ma'ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat munkar sedang aku sendiri melakukannya." (HR. Muslim)

Takut dan bertaqwa kepada Allah; mendirikan sholat serta menafkahkan harta (termasuk ilmu) karunia Allah pada jalan-Nya (seperti menolong fakir miskin, yatim piatu, orang dalam kesulitan) adalah merupakan sebahagian dari tanda-tanda orang yang telah menyatakan dirinya beriman secara benar.

Sesuai firman Allah SWT dalam Al Qur’an : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah apabila disebut (nama) Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan mereka bertawakkal kepada Tuhannya. Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang mukmin yang sebenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat (kehormatan) di sisi Tuhannya, ampunan dan rezeki yang mulia." (Al Anfaal : 2-4)

Menguji Syahadat

Dengan demikian proklamasi iman itu tidak cukup dan berhenti di lisan saja tetapi harus tampak dalam akhlak (amal sholeh) sesuai aturan dari Allah dan Rasul-Nya yang telah diimaninya. Untuk membuktikan kebenarannya, Allah akan menguji : "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata, "Kami telah beriman," sedang mereka tidak diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Al 'An-kabuut : 2-3)

Tak seorangpun dapat menghindar dari ujian dan kelak di yaumil akhir akan terbukti secara nyata karena pada hari itu semua kepalsuan dan kesalahan akan dinampakkan :
"Pada hari Dia menghimpun kamu pada hari berhimpun, itulah hari dinampakkan kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal shaleh, niscaya dihapuskan kesalahan-kesalahannya dan dimasukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selamanya. Demikian itulah keberuntungan yang besar." (At Ta-ghaabun : 9)

Syarat Utama Lulus Ujian

Hanya orang beriman dan beramal shaleh secara benar yang akan teruji imannya yaitu orang yang shabar dan yang berserah diri. Berlaku shabar dalam menerima cobaan (berupa nikmat maupun musibah); berlaku shabar dalam ta’at kepada Allah dan bertawakkal kepada Allah atas segala ketentuan qadla dan qadar, sesuai firman-Nya :
"Dan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, sungguh akan Kami tempatkan mereka pada tempat yang tinggi di surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan orang-orang yang beramal, yaitu orang-orang yang shabar dan bertawakkal kepada Tuhannya." (Al 'Ankabuut : 58-59)

Iman kita sedang diuji. Inilah sa’at terbaik untuk menunjukkan bahwa syahadat yang selalu kita ulang ikrarnya di dalam sholat itu adalah benar; di sa’at kita sedang dilanda krisis (segala krisis yaitu dari krisis moneter, krisis sosial politik dan ekonomi, krisis sembako, krisis kepercayaan dan yang paling bahaya adalah krisis iman). Mampukah kita lulus ujian, mampukah kita tetap shabar dan tawakal? Insya Allah, kita berusaha dan berdo’a. Amien.

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 14 Rabiul Akhir 1419 H - 7 Agustus 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar