Jumat, 09 Juli 2010

REFORMASI – Yang Sesuai Tuntunan Islam

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman: "Serulah kepada jalan (agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara sebaik-baiknya. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (An Nahl : 125)

Sa'at ini umat Islam masih di bulan Muharam, bulan awal dalam tarikh Islam. Seperti yang telah dimaklumi bahwa penentuan tahun dalam Islam pada zaman sahabat Umar bin Khatab ra menjadi khalifah adalah dipatok dari momentum hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah, (kota yang pada saat itu dihuni oleh kebanyakan orang kafir; kota yang penuh kemaksiatan, kejahatan, kebodohan/jahiliyah; dimana pada umumnya penduduknya tidak mau menerima pembaharuan, reformasi iman kepercayaan - dari penyembah berhala kembali pada menyembah Allah Yang Maha Esa) untuk pindah ke Madinah (d/h.Yastrib) yang menjanjikan banyak harapan karena penduduk Madinah yang kemudian disebut golongan Anshor adalah terdiri dari orang-orang yang dapat menerima risalah Islam dan berarti mau menerima pembaharuan iman sesuai yang disampaikan Nabi. Itu sebabnya hijrah yang berasal dari kata hajara (= pindah, meninggalkan) itu berarti suatu proses perpindahan secara jasmaniah maupun ruhaniah dari suatu yang buruk menuju ke yang baik. Bila hijrah secara ruhani saja maka dapat disebut proses pembaharuan, perubahan (reformasi) dalam iman dari yang salah kepada iman yang benar.

Reformasi Merupakan Inti Risalah Dakwah Islam

Setiap kita mengkaji isi kandungan Al Qur'an dan hadits maka selalu akan ditemukan ajakan untuk melakukan perbuatan baik dan meninggalkan yang buruk. Yang berarti seseorang itu harus melakukan perubahan dalam diri atau pembaharuan (reformasi) dalam iman dan keyakinan (Dari bertuhan banyak kepada Allah Yang Maha Esa); perubahan dalam sikap dan tujuan hidup (Dari yang bersifat duniawi ke yang ukhrowi). Bahkan ajakan pembaharuan atau perubahan ini adalah sejak wahyu pertama diturunkan; yaitu "Iqra' - Bacalah", adalah ajakan agar kita meninggalkan kebodohan, tidak terdidik, buta huruf menuju kepada kehidupan yang lebih baik dengan belajar, menuntut ilmu, terutama ilmu yang diridhai Allah (Yang untuk itu disebutkan asma-Nya) : Iqra', Bismirabbikal ladzi kholaq - "Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan." (Al 'Alaq : 1)

Key Success Factor (KSF) Pembaharuan Rasulullah

Apa dan bagaimana pembaharuan yang dilakukan oleh Nabi SAW sehingga dalam tempo relatif singkat mampu dan sukses besar, tanpa paksaan, merubah iman dan sikap hidup para kaum Quraisy yang terkenal keras memegang teguh adat nenek moyangnya pada waktu itu (Mereka tega menanam hidup-hidup anak perempuannya agar tidak menanggung malu). Bahkan kemudian keberhasilan ini diwarisi dan dilanjutkan oleh khalifah penggantinya, para sahabat, dstnya hingga sekarang ini separoh manusia bumi yang telah terpanggil menganut Islam. Kisah sukses ini diakui oleh banyak orientalis, para sarjana Barat non-Muslim a.l. yaitu Michael H. Hart yang menempatkan Nabi SAW pada urutan pertama dalam bukunya yang menceritakan perihal 100 tokoh besar dunia.

Apakah faktor kunci keberhasilan (key success factor = KSF) yang dimiliki Nabi SAW tersebut? Tak lain, tak bukan ialah tetap teguh berpegang kepada Al Qur'an yang diwahyukan dan kemudian dijadikan sebagai way of life (falsafah hidup), menyatu dalam diri menjadi akhlak yang agung (khuluqin 'adhim), seperti yang dikatakan oleh 'Aisyah ra kepada sahabat yang menanyakan perihal akhlak Nabi SAW. Untuk itu kita coba mengkaji hal-hal yang menjadi faktor pokok, terutama yang berhubungan erat dengan kegiatan dakwah atau reformasi yang Beliau lakukan.

1. Ilmu

Al Qur'an yang menjadi pegangan Nabi SAW itu berisikan segala macam ilmu, pelajaran dari segala macam disiplin ilmu, berisi petunjuk dimana bila kita berpegang padanya, menjadikannya sebagai petunjuk, sebagai referensi atau dalil, maka pasti tidak akan salah atau tersesat, sesuai firman Allah SWT :

"Inilah suatu yang disampaikan kepada manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran."
(Ibrahim : 52)

Itulah sebabnya Islam mengajarkan agar orang yang akan menyerukan pembaharuan harus berilmu (belajar) dulu, sesuai firman Allah SWT :

".....Mengapa tidak pergi dari tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama, dan supaya mereka memberikan peringatan kepada kaumnya apabila telah kembali kepada mereka...."
(At Taubah : 122).

Nabi SAW bersabda :

"Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan sunnah Rasulullah."
(HR. Muslim)

2. Cara Yang Baik.

Cara yang baik bisa ditempuh bila seseorang yang berdakwah itu memiliki ilmunya (Ilmu tentang yang diserukannya) dan dengan ilmu pula (Ilmu berkomunikasi) dia dapat berdiskusi, dialog secara baik-baik dengan pihak yang diseru. Itulah yang dimiliki Nabi SAW sehingga orang Badui dusun yang paling kasarpun tanpa paksaan masuk Islam. Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman :

"Serulah kepada jalan (agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara sebaik-baiknya." (An Nahl : 125)

Termasuk dalam cara yang baik ini adalah berlaku lemah lembut, tidak kasar (Aali 'Imraan : 159); tidak berkata jahat (An Nisaa' : 148), tidak menjelekkan dan mencaci maki (Al Hujurat : 11-12 ); tidak merusak (Asy Syu'araa' : 151-152).

3. Sabar.

Dalam Al Qur'an banyak ayat yang menyuruh agar seseorang itu bertindak sabar apabila sedang mendapat cobaan, musibah ataupun ketika sedang melakukan dakwah. Sabar yang menjadi akhlak Nabi ini demikian tinggi, sehingga bahkan malaikatpun jadi "gemas". Ini terjadi dalam peristiwa saat Beliau ditolak bahkan dilempari batu ketika berdakwah di Thaif. Beliau tidak membalas tetapi malahan malaikat yang datang menawarkan jasa baik akan menimpakan gunung keatas mereka. Nabi SAW menolak dan bahkan berdo'a agar kelak mereka, anak cucunya memeluk Islam. Itulah kesabaran Nabi SAW dalam menyerukan pembaharuan, menyampaikan risalah Islam sesuai firman Allah SWT :

"Dan bersabarlah, tiadalah kesabaranmu itu melainkan karena Allah, dan janganlah engkau berduka cita terhadap mereka dan jangan (pula) engkau bersempit hati terhadap apa-apa yang mereka tipu dayakan."
(An Nahl : 127)

4. Teladan.

Reformasi yang diserukan Nabi bukan cuma slogan, ajakan atau dakwah kosong saja tetapi Beliau sudah melaksanakannya lebih dulu secara tetap, kontinyu (berkesinambungan), secara teguh (istiqomah) semua yang disampaikan itu, dimana ini sesuai dengan keterangan Siti 'Aisyah ra bahwa akhlak Nabi SAW adalah Al Qur'an.

Allah SWT berfirman :

"Mengapa kamu menyuruh manusia mengerjakan kebaikan sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Alkitab. Tiadakah kamu berfikir?" (Al Baqarah : 44), lihat juga surah Ash Shaff ayat 2-3.

Dengan demikian Beliau menjadi teladan dalam melaksanakan segala perintah dan larangan Allah SWT yang diserukannya itu dan dengan cara itu pula Beliau mengajarkan ilmu Islam (terkumpul dalam bentuk hadits) (Al Ahzaab : 21).

Itulah sebagian dari faktor kunci sukses Nabi Muhammad SAW dalam melakukan reformasi di kalangan suku Arab Quraisy yang terkenal keras dan kemudian diwarisi oleh para sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in sampai kepada umat Islam (terutama ulamanya) pada zaman sekarang ini sehingga Islam tidak hanya di jazirah Arab saja tetapi merambah dengan damai ke seluruh dunia. Cara damai, bukan kekerasan seperti yang digembar-gemborkan para misionaris yang benci Islam. Kalaupun terjadi perang antara ummat Islam dengan orang non-Islam, itu adalah karena umat Islam melakukan pembelaan diri, karena pihak non-Islam itu telah berkhianat atas perjanjian yang telah disetujui bersama (Al Hajj : 38-39). Al Qur'an mengajarkan agar penganut agama lain diberi hak sama dengan umat Islam asal mereka mematuhi ketentuan Islam (Al Mumtahanah : 7-9).

Bila tuntutan reformasi yang marak di kampus-kampus itu diserukan sesuai ajaran Nabi pasti tidak terjadi huru-hara, rusuh, penembakan, penjarahan, pengrusakan yang menimbulkan korban harta dan jiwa tidak sedikit, yang akhirnya merugikan semuanya, seperti yang terjadi baru-baru ini tgl. 12-17 May lalu di Jakarta dan di tempat lainnya.

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at,    25 Muharam 1419 H - 22 May 1998


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar