Sabtu, 10 Juli 2010

PERJALANAN HAJI - Memenuhi Panggilan Nabi Ibrahim

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman ; Artinya : “Haji itu dalam beberapa bulan yang tertentu; sebab itu barangsiapa yang telah menetapkan niatnya dalam bulan itu menjalankan haji, maka tidak boleh mengeluarkan perkataan kotor (rafats), dan tidak berlaku jahat atau berbuat fasiq (fusuuqa), dan tidak bertengkar (jidaala) dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahui nya. Dan berbekallah maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang mempunyai pikiran”. (Al Baqarah : 197)

Sejak tgl. 6 Maret, kafilah haji Indonesia telah diberangkatkan ke Tanah Suci melalui berbagai pelabuhan udara yang ditunjuk sebagai pelabuhan embarkasi (tempat pemberangkatan), yaitu misalnya dari Halim Jakarta; Polonia Medan; Juanda Surabaya dll Menurut rencana rombongan kafilah haji Indonesia yang pada tahun ini berjumlah l.k. 202 ribu orang dan dibagi dalam 456 kloter itu akan diterbangkan oleh Garuda sampai tgl. 31 Maret nanti.

Krismon.

Kepergian kafilah haji kita tahun ini diwarnai dengan suasana prihatin berhubung krismon (krisis moneter) yang sedang menyelimuti perekonomian Indonesia. Dampaknya juga terasa bagi para jama’ah calon haji (terutama yang ONH biasa) yaitu naiknya kurs riyal dari l.k. Rp.600,- per 1 riyal pada tahun 1996/1997 menjadi l.k. Rp.2500 s/d 3000 per 1 riyal pada tahun 1998 ini. Belanja untuk kebutuhan sehari-hari selama di sana (untuk makan, minum dll) tentu terasa mahal bila dengan nilai kurs sebesar itu. Bayangkan saja bila sebungkus nasi tanpa lauk yang di sini hanya Rp. 500 s/d 1000,- maka di Arab Saudi seharga 1 riyal dan itu berarti senilai Rp.2500 s/d 3000,-. Bila ditambah dengan lauk pauk seperti sebutir telur atau sepotong ikan dan sayur yang masing-masing 1 riyal (Dijajakan oleh pedagang asongan wanita yang berasal dari Madura atau Banjar) maka dapat dihitung berapa besar dalam rupiah dana yang harus dikeluarkan para calhaj setiap harinya.

Perkiraan biaya itu menjadi lebih besar lagi karena masa jaya pedagang asongan di tanah suci itu sudah berakhir dengan diusirnya ribuan orang Indonesia bermasalah di sana. Dengan demikian para calhaj mau tidak mau harus pergi ke restoran Indonesia yang ada di beberapa tempat di Madinah dan di Makkah, yang mana rasanya lumayan dan harganyapun juga lumayan mahal. Kalau mau murah tapi agak repot yaitu masak sendiri seperti kebanyakan para calhaj dari daerah yang umumnya sulit dalam menyesuaikan diri dalam urusan selera makan.

Syukurlah masalah biaya ini tidak perlu dikhawatirkan karena Pemerintah qq. Departemen Agama telah mengantisipasinya. Pemerintah telah menyiapkan biaya hidup (living cost) sebesar 1.500 riyal bagi setiap jama’ah dan diberikan dalam mata uang riyal. Living cost tersebut akan dibagikan kepada setiap jama’ah ketika mereka berada di asrama haji.

Kalau dihemat-hemat penggunaannya yaitu hanya untuk biaya hidup sehari-hari dan bukan untuk belanja oleh-oleh maka sebenarnya sangat cukup sekali. Apalagi bila bekal yang diperoleh sewaktu dalam perjalanan (Jeddah - Madinah dan Madinah - Makkah) berupa nasi kotak dan mie instant dimanfa’atkan oleh jama’ah maka akan lebih banyak lagi sisanya. Ini tentunya kalau mau berhemat. Bagi yang tidak biasa dengan kondisi prihatin alias senang makan enak dan juga ingin bawa oleh-oleh ya tentu saja harus merogoh kocek sendiri untuk biaya tambahannya. Bagi yang terbiasa hidup prihatin tentu tidak ada masalah dan ini adalah sesuai dengan tuntunan Islam.

Demikian pula dalam berhaji; sikap perilaku prihatin yang dituntut dari para calon haji (calhaj) sebenarnya adalah merupakan bagian dalam perjalanan haji. Perjalanan haji bukanlah tour alias wisata. Perjalanan haji adalah perjalanan ibadah yang memerlukan kesabaran para calhaj untuk menerima sesuatu hal yang tidak sesuai dengan kebiasaannya sehari-hari. Diperlukan rasa shabar, lapang dada, prihatin dan tawakkal kepada Allah dalam menerima suatu keadaan yang diluar kemampuan manusia. Misalnya bila menghadapi makanan yang tidak sesuai selera; hendaknya merasa maklum karena namanya di negeri orang tentu tidak dapat seperti di negeri sendiri. Ini sama saja dengan orang dari daerah Sumatra Utara yang biasa makan masakan yang asin pedas kemudian pergi ke Yogya dan disuguhi masakan yang manis. Tentu sulit bagi mereka bila tidak berbekal shabar, prihatin dan tawakkal.

Dalam Al Qur’an keprihatinan para calhaj ini telah diungkapkan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyeru manusia agar mengerjakan haji.Firman Allah SWT ; Artinya : “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”. (Al Hajj : 27)

Perilaku Calon Haji.

Lapang dada, prihatin, shabar dan taqwa adalah perilaku yang harus dimiliki oleh para calon haji. Dalam surah Al Baqarah ayat 197 di atas ditunjukkan beberapa sikap perilaku yang harus dimiliki oleh calhaj selama beribadah haji (terutama ketika sedang ihram) yaitu :

Tidak berkata kotor (Rafats).

Perbuatan rafats yaitu mengeluarkan kata-kata yang berbau porno yang menjurus kepada ajakan untuk berhubungan suami istri. Hal ini dilarang baik kepada istri sendiri dan apalagi kepada orang lain. Orang yang melakukan hubungan suami istri pada waktu sedang berpakaian ihram maka hajinya menjadi rusak. Untuk mencegah nya maka niat haji harus karena Allah SWT semata dan perbanyak melakukan ibadah selama di tanah suci.

Tidak berbuat fasiq (Fusuqa).

Perbuatan fasiq adalah melakukan perbuatan maksiat yang jelas tidak diperbolehkan dalam agama. Dalam keadaan biasa sajapun perbuatan fasiq tidak diperbolehkan apalagi bila sedang beribadah haji.

Tidak bertengkar (Jidala).

Hal-hal kecil dapat menimbulkan pertengkaran di antara sesama jama’ah dan bahkan antara keluarga ataupun suami istri. Shabar, lapang dada dan prihatin serta tawakkal kepada Allah adalah resep terbaik untuk mencegah hal ini. Daripada berbuat hal-hal yang dapat menimbulkan pertengkaran, adalah lebih baik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selagi berada di Tanah Suci perbanyak dzikir, mengaji, thawaf dan sholat di masjid yang paling mulia di bumi ini (Masjidil Haram dan juga Masjid Nabawi).

Firman Allah SWT ; Artinya : “Sesungguhnya rumah yang mula pertama dibangun untuk manusia (beribadah) ialah (Baitullah) di Mekkah, yang diberi berkah dan jadi petunjuk untuk semesta alam”. (Ali Imraan : 96)

Nabi SAW bersabda : “Sholat di masjidku (Masjid Nabawi) ini lebih afdhol dari seribu sholat di masjid-masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram, dan sholat di Masjidil Haram lebih afdol dari seratus sholat di masjidku ini”. (HR. Ahmad)

Berbuat baik.

Yaitu antara lain saling tolong menolong sesama jama’ah baik dengan jama’ah dari kelompok sendiri maupun dari kelompok lain. Hal ini penting sekali karena sesuai hadits Nabi bahwa setiap orang Muslim itu adalah bersaudara. Ada sikap tidak terpuji di sebagian kelompok jama’ah yaitu bila bukan dari kelompoknya maka mereka enggan memberi pertolongan. Sikap saling tolong ke pada sesama Muslim harus ada sejak awal sebagai manifestasi ukhuwah Islamiyah dan syariat agama.

Bekal.

Salah satu syarat untuk dapat menunaikan ibadah haji adalah bekal yang cukup untuk pergi dan pulang bagi yang menunaikan ibadah haji dan bagi keluarga yang ditinggal. Bekal yang baik dan halal akan membawa niat ibadah haji karena Allah semata. Niat ibadah haji karena Allah akan diikuti pula dengan mencari bekal yang baik dan halal. Bekal yang halal (yaitu harta yang diperoleh dengan jalan taqwa) akan membuat ibadah haji sempurna.

Taqwa.

Kunci dari semua perilaku adalah taqwa kepada Allah SWT, yaitu semua perilaku adalah dalam rangka ta’at menjalankan segala perintah-Nya dan ta’at menjauhi segala larangan-Nya. Apabila taqwa ini yang menjadi bekal dalam beribadah haji seperti yang dipersyaratkan dalam surah Al Baqarah ayat 197 di atas maka Insya Allah ibadah hajinya mabrur dan haji mabrur balasannya tiada lain kecuali sorga.
Nabi SAW bersabda : “Dan barangsiapa yang haji dan tidak rafats, dan tidak pula fusuq, dia kembali seperti ketika dilahirkan oleh ibunya, dan haji mabrur itu balasannya hanyalah sorga”. (HR. Muslim)

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 21 Dzulqa’dah 1418 H - 20 Maret 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar