Sabtu, 10 Juli 2010

KEPEMIMPINAN - Menurut Pandangan Islam

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman ; Artinya : “Katakanlah, “Ya Allah, Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan (kekuasaan) kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau tanggalkan (hilangkan) kerajaan itu dari siapa yang Engkau kehendaki, Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Ali Imraan : 26)

Minggu ini sejak 1 Maret s/d 11 Maret yad titik perhatian semua rakyat Indonesia dan juga negara lain yang mempunyai kepentingan pada Indonesia sedang tertuju ke Sidang Umum MPR dalam rangka menentukan a.l. siapa yang akan menjadi pemimpin-pemimpin untuk periode selama 5 tahun mendatang. Pemimpin yang akan dipilih ini sangat menentukan nasib negara dan bangsa dalam rangka menghadapi abad, milenium ke 21. Abad yang menuntut orang agar bersaing ketat dalam mencari kehidupan dan melindungi kehidupannya sebagai akibat penemuan iptek baru yang menyebabkan negara tanpa batas (era globalisasi) karena informasi dan komunikasi sangatlah mudah (hasil dari iptek).

Bahkan sebelum SU MPR berlangsung, hal ini sudah terasa pengaruhnya, yaitu dengan adanya perdagangan mata uang rupiah oleh orang-orang asing yang tidak tinggal di Indonesia. Uang rupiah dipermainkan sehingga nilai kursnya terhadap uang dolar Amerika Serikat menurun. Akibatnya harga barang impor menjadi mahal dalam uang rupiah dan lalu kitapun sulit mencari barang yang dibutuhkan. Mereka dapat mempengaruhi perekonomian kita dari mana saja mereka berada. Ini adalah salah satu akibat buruk dari teknologi informasi & komunikasi.

Akibat buruk lain yaitu masuknya informasi tidak benar, tidak sesuai budaya dan agama; yang berasal dari luar (Barat), baik melalui tv, telpon atau media lain seperti majalah, surat kabar atau internet. Kalau rasa nasionalisme (cinta pada bangsa dan tanah air) dan imtaq (iman dan taqwa) rendah maka dapat terjadi dekadensi moral (kemerosotan akhlak). Sekarang ini banyak terlihat warga negara Indonesia yang kurang rasa nasionalismenya karena dengan mudahnya mereka pergi atau lari ke luar negeri untuk menghindari kesulitan di tanah air. Kalaupun bukan orangnya yang keluar negeri, maka paling tidak uang mereka ada disimpan di bank atau dalam bentuk lain di negara yang dianggapnya aman. Kita lihat juga budaya asing yang merusak telah merebak mempengaruhi gaya hidup generasi muda kita, seperti berpakaian yang menampakkan aurat; makan/minum yang dilarang agama; serta tindakan tidak bermoral lainnya.

Itulah sebabnya penentuan dan pemilihan calon pemimpin bangsa pada sa’at ini terasa lebih seru dan mencekam bila dibandingkan pada periode yang lalu. Sehingga dibuat suatu kriteria untuk menyaring para calon unggulan yang diajukan oleh masyarakat. Pemimpin seperti apa yang akan membawa kita ke abad 21 itu dan bagaimana gaya kepemimpinannya, itulah kira-kira yang dicari dalam kriteria itu.

Leadership.

Gaya memimpin atau dalam ilmu manajemen dikenal dengan istilah leadership (kepemimpinan) adalah suatu kemampuan yang tidak dapat didefinisikan, yang membuat seseorang atau beberapa orang mendorong kegiatan orang lain dengan baik ke arah tujuan tertentu (Tujuan tersebut dapat yang baik maupun tidak baik). Ada yang mengatakan pemimpin itu dilahirkan, ada yang mengatakan karena situasi dsbnya. Tidak dapat didefinisikan karena banyak teori-teori tentang kemampuan memimpin yang tidak tepat digunakan sebagai alat untuk meng analisa gaya kepemimpinan seseorang secara khas atau specifik. Sehingga akhirnya timbul satu teori, merupakan gabungan dari teori-teori yang ada yaitu Teori Situasional. Teori ini dapat diartikan bahwa seorang pemimpin pada situasi tertentu akan menggunakan suatu gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi pada sa’at itu.

Ada 3 gaya kepemimpinan yang dikenal, yaitu :

(1) Gaya Otokratis (keputusan hanya oleh pemimpin di mana yang ekstrim akan menjadi diktator);
(2) Gaya Demokratis (keputusan adalah hasil musyawarah);
(3) Gaya Laissez-faire (kebebasan penuh bagi keputusan anggota kelompok di mana partisipasi pemimpin sedikit).

Pemimpin yang berhasil adalah yang dapat menggunakan ketiga gaya tersebut pada waktu yang tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh kelompok sa’at itu. Pada sa’at mendesak yang membutuhkan putusan cepat maka pemimpin dapat menggunakan gaya otokratis. Bila membutuhkan pemikiran matang dan waktunya cukup, digunakan gaya demokratis.

Leadership dalam Islam.

Gaya kepemimpinan dalam Islam adalah seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Dimana gaya kepemimpinan Nabi sesuai dengan ayat-ayat Allah SWT (Al Qur’an), seperti diriwayatkan dari Aisyah ra bahwa akhlak Rasulullah SAW itu adalah Al Qur’an. Artinya setiap tindakan Nabi SAW adalah sesuai dengan petunjuk Al Qur’an atau tindakan Nabi itu adalah manifestasi dari Al Qur’an. Bagaimanakah Al Qur’an menjadi pedoman dalam memimpin?

Firman Allah SWT ; Artinya : “Dan Kami jadikan di antara mereka imam-imam (pemimpin) yang memberikan petunjuk dengan perintah Kami tatkala mereka sabar, dan adalah mereka yakin kepada ayat-ayat Kami”. (As Sajdah : 24)

Dari ayat di atas kita lihat :

Pertama : Karunia Allah.

Pemimpin itu adalah karunia Allah. Bagi si pemimpin, jabatan itu sebagai karunia dari Allah. Baginya juga bakat atau kemampuan memimpin adalah karunia dari Allah semata. Bagi kelompok/ organisasi, pemimpin itu juga karunia Allah SWT. (Lihat Ali Imraan : 26 di atas)

Bila pemimpin menyadari keberadaannya sebagai karunia Allah dan dia termasuk orang yang beriman dan taqwa, maka setiap tindakannya akan berpedoman pada Al Qur’an. Bila pemimpin berbuat sesuai Al Qur’an maka kewajiban pengikutnya adalah patuh dan tetap dalam jama’ah, tetap dalam barisan, menjaga persatuan dan kesatuan kelompok (An Nisaa : 59). Bila keluar dari kelompok, menentang putusan pemimpin maka orang itu termasuk jahiliyah, sesuai sabda Nabi SAW : “Barangsiapa tidak menyukai sesuatu dari tindakan pemimpin maka hendaklah bersabar. Sesungguhnya orang yang meninggalkan jama’ah walaupun hanya sejengkal maka wafatnya tergolong jahiliyah”. (HR. Bukhari, Muslim)

Firman Allah SWT ; Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kamu kepada Rasul dan kepada pemangku kekuasaan di antaramu. Maka jika kamu berselisih dalam sesuatu (urusan), kembalikanlah ia kepada (Kitab) Allah dan (Sunnah) Rasul, jika kamu benar-benar beriman terhadap Allah dan hari kemudian. Itulah yang lebih baik dan lebih bagus kesudahannya” (An Nisaa’ : 59)

Kedua : Pemimpin memberi petunjuk berdasar Al Qur’an.

Dalam Al Qur’an banyak ayat yang mengharuskan seseorang itu untuk berlaku baik yang dapat dijadikan pedoman memimpin, yaitu adil, sabar, pema’af, shilaturahmi, amanah, musyawarah, tidak berbuat kerusakan, menjaga persatuan, meninggalkan khamer dan judi, dll.

Ketiga : Sabar dalam memimpin.

Yaitu sabar menjalankan tugas; sabar menghadapi situasi yang gawat sekalipun; sabar dalam mengambil keputusan (tidak buruburu). Sabar ini hanya terlihat pada diri orang beriman yang taqwa yaitu yang sabar dalam ta’at melaksanakan perintah-Nya dan sabar dalam ta’at menjauhi larangan-Nya.

Keempat : Yakin pada ayat Allah.

Pemimpin harus yakin kepada ayat-ayat Allah baik yang tertulis dalam Al Qur’an maupun yang tertulis di alam ini. Yakin akan kebenarannya dan yakin bahwa itu semua berasal dari sisi Allah. Firman Allah SWT ; Artinya : “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami memeliharanya”. (Al Hijr : 9).

Itulah sebabnya kita dituntut untuk memilih pemimpin dari kaum Muslimin yang tinggi taqwanya (Yunus : 62-63) agar dia dapat melaksanakan keempat hal di atas.

Firman Allah SWT ; Artinya : “Ketahuilah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak berduka cita, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertaqwa”. (Yuunus : 62-63)

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an menegaskan : Artinya : “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang kafir jadi pemimpin selain dari orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian maka tidak ada perhubungannya dengan Allah sedikitpun, kecuali memelihara dirimu dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali”. (Ali Imraan : 28)

Bila nanti keputusan SU MPR telah bulat mufakat menentukan dan memilih pemimpin dari calon yang ada maka kewajiban kita adalah ta’at. Kita ta’at karena itu adalah pilihan kita melalui para wakil rakyat yang telah kita tunjuk dan pilih pada sa’at Pemilu, sesuai sabda Nabi SAW : “Barangsiapa membaiat seorang pemimpin dan telah memberinya buah hatinya dan jabatan tangannya maka hendaklah dia ta’at sepenuhnya sedapat mungkin”. (HR. Muslim)

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 7 Dzulka’dah 1418 H - 6 Maret 1998

2 komentar:

  1. sepertinya diatas tidak ada mengenai kepemimpinan/sistemnya yang dicontohkan rosul deh...

    BalasHapus
  2. bukan gak ada, tapi pembahsannya memang tidak detail. kalau dishare mungkin pembahasanya lebih dari ini Tuan...

    BalasHapus