Minggu, 11 Juli 2010

DENGKI - Akar Semua Dosa

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman ; Artinya: "Alangkah buruknya (perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan." (Al Baqarah : 90)

Salah seorang sahabat Nabi SAW yang selalu mengkuti kemana pun Nabi pergi, karena dia mempunyai tugas melayani keperluan Beliau, yaitu Anas ra, pada suatu ketika berkisah : “Pada suatu hari, kami duduk-duduk bersama Rasulullah SAW, maka Beliau berkata : “Sebentar lagi akan ada yang masuk dari pintu itu seorang laki-laki dari penghuni surga.” Tak lama kemudian maka masuklah seorang laki-laki dari Anshar sambil menyeka dan menggerak-gerakkan janggutnya dari air wudhu dan ia membawa sandalnya pada tangan yang kiri, lalu memberi salam. Pada keesokan harinya Beliau berkata lagi, bahwa seorang ahli surga itu akan masuk lagi. Betul ternyata orang itu masuk lagi. Kemudian pada hari ketiga Nabi berkata begitu pula, dan orang itu pun masuk (ke masjid).”

Setelah Nabi bangkit, orang itu diikuti oleh Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra dan lalu berkatalah Abdullah kepadanya : “Saya bertengkar dengan ayah saya dan saya berjanji kepada ayah saya bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi pondokan buat saya selama hari-hari itu?” Orang itu berkata : “Baiklah.” Maka Abdullah mengikutinya dan tinggal di rumah orang itu selama tiga malam. Selama itu Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan oleh orang itu yang disebut Rasulullah sebagai penghuni surga. Tetapi selama itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya. Ia tidak melihat ahli surga itu bangun untuk untuk bershalat malam. Hanya setiap ia berbalik ke tempat tidurnya ia menyebut nama Allah (berdzikir). Dan ia tidak bangun hingga fajar menyingsing. Tetapi Abdullah tidak pernah mendengar dari mulutnya kecuali perkataan yang serba baik.

Kata Abdullah, “Setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya sampai-sampai aku hampir-hampir meremehkan amalannya, lalu aku berkata, Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayahku dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah SAW berkata tentang dirimu sampai tiga kali, “Akan datang seorang darimu sebagai penghuni surga.” Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu.”
Lalu orang itu berkata, “Yang aku amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan.” Ketika aku mau berpaling, kata Abdullah, dia memanggil lagi, kemudian berkata, “Demi Allah, amalku tidak lebih dari pada apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka.” Lalu Abdullah bin Amr berkata, “Beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek dari kaum Muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan.” (HR. Imam Ahmad)

Memang benar, menyimpan hati yang bersih (qalbin salim), tidak mempunyai prasangka buruk, tidak ada rasa dengki kepada sesama saudara kaum Muslim kelihatannya sederhana dan mudah, tetapi justru amal itulah yang sulit sekali kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Satu saudara sajapun bisa saling dengki, iri bila salah seorang adik atau kakak mendapat sesuatu yang dirasa lebih baik dari yang didapatnya. Dengan teman sekantor, di tempat kerja demikian juga, iri dan dengki bisa terjadi apabila ada yang memperoleh kedudukan (gaji, fasilitas dsbnya) yang lebih baik dari yang diperolehnya. Orang yang iri itu bukannya melihat kemampuan yang ada pada diri sendiri tetapi justru lalu menjadi marah dan karena marah itu tidak tersalurkan lalu dia merasa dendam dan kemudian membuat isu-isu tidak benar tentang teman kantor itu atau tentang atasannya. Kemudian dia menghasud teman-teman lain agar berbuat sesuatu, mogok dsbnya.

Dalam lingkungan bisnis juga ada sifat hasad ini yaitu bila ada orang yang lebih maju dalam berusaha dan pengusaha yang merasa tersaingi lalu berbuat sesuatu untuk menjatuhkan bisnis pesaingnya dengan cara-cara yang kotor. Misalnya membuat berita-berita palsu ke masyarakat yang menyatakan bahwa barang produksi pesaingnya itu bukan barang halal, dsbnya.

Di lingkungan warga kampung, RT demikian pula. Ada di antara kita yang tidak bisa tidur bila ada salah satu tetangganya yang mempunyai kelebihan dari dirinya. Bila tetangga itu beli sesuatu yang baru, maka diapun seperti cacing kepanasan, ingin juga dan bahkan melebihinya. Inilah penyakit hati, penyakit dengki yang banyak menghinggapi hati kita, penyakit yang dilarang Islam.

Allah SWT berfirman : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (An Nisaa’ : 32 )

Kita mampu berpuasa sebulan penuh tanpa cela, kita mungkin mampu sholat malam (tahajjud) tanpa tertinggal, akan tetapi amat sulit bagi kita menghilangkan kedengkian kepada sesama kaum Muslim. Seperti kata Abdullah bin Amr, “Inilah justru yang tidak pernah mampu kita lakukan.”

Hakikat Dengki

Imam Ghazali menyatakan bahwa dengki atau hasad merupakan akibat dari dendam; dan dendam merupakan akibat dari marah.

Hasad ada dua macam yaitu :

1) Membenci nikmat Allah yang dikaruniakan kepada saudaranya, maka ia menginginkan kenikmatan itu hilang darinya. Inilah hasad sebenarnya. Hal ini dilarang, kecuali hasad kepada sesuatu kenikmatan yang dimiliki oleh seseorang yang durhaka dan digunakan sebagai alat melakukan kemaksiatan.

2) Jika ia tidak membenci hal itu bagi saudaranya, maka tidak menginginkan kehilangannya tetapi menginginkannya untuk dirinya sebagaimana yang ada pada saudaranya. Hal itu disebut ghibthah, dimana ini diperkenankan, sesuai hadits Nabi SAW : “Tidaklah boleh dibenarkan adanya kedengkian itu, melainkan dalam dua hal, yaitu seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah kemudian dipergunakan untuk yang haq (benar) sampai habis hartanya itu dan juga seseorang dikaruniai ilmu pengetahuan oleh Allah, kemudian ia mengamalkannya serta mengajarkannya kepada orang-orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahayanya Dengki

Perasaan hasad (iri hati, dengki) dilarang karena hasad ini berbahaya bagi orang yang hasad itu di dunia dan akhirat.

Di dunia merusak orang itu sendiri, menjadi teman siang malam, tidak bisa berpisah karena memikirkannya terus. Tidak puas selama orang yang dibenci belum terkalahkan. Tidak reda selama karunia nikmat yang diperoleh orang itu belum hilang. Inilah ciri orang hasad sesuai firman Allah SWT : “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (Ali Imraan : 120)

Orang yang jadi sasaran hasadnya pun dapat rusak akibat dari hasutan atau isu buruk yang dilontarkan ke masyarakat. Rusak, bila orang terpengaruh (percaya) hasutannya.
Bahaya dalam agamanya atau di akhiratnya, karena hal itu berarti kebencian terhadap nikmat Allah; maka orang yang mendapat nikmat itu mendapat pahala, sementara dosa dituliskan bagi orang yang hasad. Orang yang hasad berarti mengkufuri nikmat yang dikarunia-kan Allah kepadanya, dia merasa kurang karena melihat orang yang mendapat kelebihan. Perasaan hasad (iri hati dan dengki) merupakan akar dari semua dosa karena hasad merupakan perbuatan dosa pertama yang dibuat hamba Allah.

Diriwayatkan Nabi SAW bersabda : “Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya. Waspadalah terhadap kesombongan, sebab kesombongan telah menjadikan iblis menolak bersujud kepada Adam. Waspadalah terhadap kerakusan, sebab kerakusan telah menyebabkan Adam memakan buah dari pohon terlarang. Dan jagalah dirimu dari dengki, sebab dengki telah menyebabkan salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.” (HR. Ibnu Asakir)

Nabi SAW juga telah bersabda : “Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu.” (HR. Abu Dawud)

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 28 Muharam 1420 H - 14 May 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar