Selasa, 29 Juni 2010

RAHMAT ALLAH - Bagaimana Cara Meraihnya?

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman; Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (At Taubah : 71)

Sering kita dengar seorang pembicara dalam upacara pemakaman menyampaikan ucapan belasungkawa dengan kata-kata : “Semoga arwahnya mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT sesuai amal ibadahnya”.

Kelihatannya ucapan tersebut berisi do’a dan harapan buat si mayit agar Allah SWT melimpahkan pahala kepadanya sesuai amal ibadahnya semasa dia hidup di dunia. Kelihatannya ucapan yang berisi do’a itu baik bila dipandang dari susunan kata-katanya. Tetapi benarkah demikian bila ditinjau dari kandungan isinya? Mari kita kaji berdasarkan dalil-dalil dalam Al Qur’an dan Al Hadist.

Masuk Sorga Karena Rahmat Allah SWT.
Di dalam kitab Tanbihul Ghafilin dikisahkan ada suatu hadits yang diriwayatkan dari Jabir ra bahwa Nabi SAW telah bersabda : “Karibku Jibril as baru saja datang kepadaku dan berkata : “Wahai Muhammad, demi Dzat yang mengutusmu sebagai nabi dengan benar, sesungguhnya ada salah seorang di antara hamba-hamba Allah yang beribadah kepada Allah Ta’ala selama 500 tahun di puncak suatu gunung yang lebar dan panjangnya 30 hasta dan dikelilingi oleh laut seluas 4.000 perjalanan, dari setiap penjuru Allah memancarkan sumber air segar (kepadanya) yang menggenang dari bawah gunung itu, dan (Allah juga mengaruniakan) pohon delima yang setiap hari mengeluarkan sebuah delima. Setiap waktu sore, ia turun untuk berwudhu’ dan memetik delima itu lantas memakannya kemudian mengerjakan shalat dan memohon kepada Tuhannya agar dicabut nyawanya dalam keadaan sujud serta memohon agar badannya tidak tersentuh oleh bumi yang lain sampai nanti dibangkitkan. Sewaktu ia sedang sujud, Allah mengabulkan permohonannya itu. Jibril as berkata : “Apabila kami melewatinya, baik sewaktu kami turun maupun naik, ia selalu tetap berada dalam keadaan yang sama, yakni dalam keadaan sujud”. Jibril as berkata : “Kami mendapatkan dalam ilmu bahwa dia nanti pada hari kiamat akan dibangkitkan lalu dihadapkan di hadapan Allah Ta’ala, lantas Allah Yang Maha Pemberkah lagi Maha Tinggi berfirman : “Masukkanlah hamba-Ku ini ke dalam sorga karena rahmat-Ku”. Orang itu menjawab : “Yang benar adalah karena amal-ku”. Allah Ta’ala lantas berfirman kepada malaikat-Nya : “Hitunglah hamba-Ku ini, (yakni antara) nikmat-Ku dengan amal perbuatannya”. Kemudian didapatkan bahwa nikmat penglihatan saja sudah meliputi ibadahnya selama 500 tahun, padahal masih banyak nikmat-nikmat tubuh yang lain, maka Allah berfirman : “Masukkanlah hamba-Ku ini ke dalam neraka”. Orang itu lalu ditarik ke dalam neraka; dan ia berkata : “Wahai Tuhanku, karena rahmat-Mu masukkanlah saya ke dalam sorga”. Allah lantas berfirman : “Kembalikanlah ia”. Kemudian ia dibawa di hadapan-Nya, lalu Allah bertanya : “Wahai hamba-Ku, siapakah yang menciptakan kamu dimana kamu tadinya tidak ada?”. Ia menjawab : “Engkau wahai Tuhanku”. Allah bertanya : “Siapakah yang menempatkan kamu di tengah-tengah kebun, mengeluarkan air tawar dari tengah-tengah air yang asin, siapakah yang mengeluarkan buah delima pada setiap malam dimana delima itu hanya keluar setahun sekali, dan kamu memohon kepada-Ku agar Aku mencabut nyawamu sewaktu kamu sedang sujud dan Aku telah melakukannya. Siapakah yang melakukan semua itu?”. Ia menjawab : “Engkau wahai Tuhanku”. Allah berfirman : “Itu semua adalah karena rahmat-Ku; dan karena rahmat-Ku pula Aku memasukkan kamu ke dalam sorga". Jibril as berkata : "Segala sesuatu itu adalah karena rahmat Allah".

Dari kisah di atas terlihat bahwa :
(a) Rahmat (nikmat) Allah itu tidak terhingga dan tak seorang hambapun mampu menghitungnya.
Allah SWT berfirman : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah)”. (Ibrahiim : 34)

Amal ibadahnya seorang abid (ahli ibadah) selama 500 tahun sekalipun hanya setara dengan nikmat Allah berupa penglihatannya saja. Bagaimana pula dengan amal ibadah kita yang hanya mendapat jatah umur berkisar di antara 65-70 tahun saja (Bahkan ada yang lebih muda dan belum lagi dikurangi dengan masa sebelum akil baligh dan sa’at umur yang dihabiskan dengan sia-sia)?

(b) Yang memasukkan seseorang itu ke sorga bukanlah amal ibadahnya tetapi adalah rahmat Allah. Karena nikmat Allah itu tidak dapat diukur dan tidak dapat disamakan dengan amalan kita sesuai penjelasan pada point (a) di atas maka tentu kelak semua makhluk akan menghuni neraka. Tetapi berdasarkan Al Qur’an dan hadits diberitakan bahwa sebahagian dari hamba-hamba Allah ada yang dimasukkan ke surga. Mereka dimasukkan ke surga bukan karena amalannya tetapi karena rahmat Allah, sesuai firman-Nya : "Barangsiapa yang dijauhkan azab daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata”. (An’aam : 16)

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:“Setiap orang di antara kalian tidak bakal terselamatkan oleh amalnya. Seseorang bertanya: Apakah engkau juga tidak, wahai Rasulullah? Rasulullah saw. bersabda: Aku juga tidak. Hanya saja Allah melimpahiku dengan rahmat-Nya. Tetapi, berusahalah benar”. (HR. Bukhari, Muslim)

Dengan demikian kalau amal yang kita kerjakan tidak dapat menjamin kita masuk ke surga maka buat apa kita beramal?. Sesuai petunjuk Nabi SAW dalam hadist di atas maka beramal tetap harus dikerjakan terutama beramal (berusaha) yang benar yaitu benar dalam arti kata :
(1) Dikerjakan sesuai ajaran Islam;
(2) Dikerjakan dengan serius, tidak mudah berputus asa (istiqomah);
(3) Dikerjakan dengan sabar.
Karena berusaha yang benar itu adalah bagian dari usaha untuk meraih rahmat Allah.

Meraih Rahmat Allah.
Kalau surga diperoleh bukan karena perhitungan amal tetapi karena rahmat Allah, maka bagaimana caranya agar rahmat itu dapat diraih? Usaha apakah yang harus dilakukan (secara benar) oleh hamba Allah agar rahmat dapat diperoleh?

Dalam surah At Taubah ayat 71 di atas, disebutkan bahwa rahmat Allah akan diberikan kepada seorang hamba yang :
(1) Beriman. Iman berarti percaya. Terutama iman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah , maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (An Nisaa’ : 46)
(2) Menjadi penolong kepada yang lain. Allah SWT berfirman : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa , dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Al Maidah : 2)
(3) Menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Allah SWT berfirman : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang ber-untung”. (Ali Imraan : 104)
(4) Mendirikan sembahyang. Allah SWT berfirman : “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan ta`atlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat”. (An Nuur : 56)
(5) Menunaikan zakat. (Lihat An Nuur : 56)
(6) Ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman : “Dan ta`atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat”. (Ali Imraan : 132) (Lihat An Nuur : 56)

Bagaimana dengan orang yang tidak mengamalkan seperti hal-hal di atas, apakah mereka dapat meraih rahmat (surga)? Insya Allah dapat, dengan syarat taubatan nashuha dan tidak berputus asa dari rahmat Allah, sesuai firman-Nya : “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Az Zumar : 53)

Dalam hadits, Nabi saw. bersabda: “Tatkala Allah menciptakan makhluk, Dia menulis dalam Kitab-Nya yang berada di sisi-Nya di atas Arsy: “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku”. (HR. Bukhari, Muslim)

Demikian semoga ada manfa’atnya dan mudah-mudahan Allah SWT mengampuni dosa kita, dosa kedua orangtua kita, serta melimpahkan rahmat-Nya pula kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat. Amien.

Waladzikrullahi Akbar.

Jum'at, 11 Jumadil Akhir 1419 H - 2 Oktober 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar