Rabu, 30 Juni 2010

KEMISKINAN - Lahan Subur Komunisme

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman,Artinya : “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut (setan), maka perangilah pengikut-pengikut setan, sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah”. (An Nisaa’ : 76)

Tiap akhir September tanpa bosan pemirsa tv disuguhi film tentang pemberontakan G30S/PKI di mana isinya menunjukkan kekejaman mereka dalam melakukan penculikan, penganiayaan dan pembunuhan beberapa perwira dan jenderal yang dikenal sebagai Tujuh Pahlawan Revolusi. Lokasi kejadian (Disebut Monumen Lubang Buaya, di daerah Pelabuhan Udara Halim Perdana Kusumah, Jakarta Timur), setiap tahun menjadi tempat acara Hari Kesaktian Pancasila seperti kita saksikan di tv.

Peringatan itu bermanfa’at.
Tayangan film dan upacara itu adalah cara yang baik dalam memperingati dan memberi peringatan terutama kepada generasi muda yang saat peristiwa itu terjadi belum lahir atau masih kecil belum tahu apa-apa. Efisien, efektif, sebab peringatan, memberi ingat melalui tv itu tepat menuju sasaran, langsung kepada pemirsa di rumah. Apalagi siaran TVRI itu disiarkan juga oleh tv swasta tanpa ada selingan iklan yang biasanya suka menyebalkan, pasti para pemirsa yang tidak punya parabola, tidak ada pilihan lain kecuali mendapatkan suatu peringatan bahwa PKI, atau apapun namanya, tidak patut diberi tempat di negara Pancasila ini. Memang sungguh benar firman Allah SWT :
Artinya : "Tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu berguna bagi orang-orang yang beriman". (Adz Dzaariyaat : 55)

Peringatan itu sangat berguna agar kita, terutama para generasi muda tidak terjebak lagi ke persoalan yang sama oleh orang-orang yang berfaham komunisme. Sejarah kita mencatat bahwa PKI telah 2 kali melakukan pemberontakan, yaitu pertama tahun 1948 ketika bangsa kita sedang sibuk berjuang melawan Belanda, mereka justru menusuk dari belakang. Kejadian ini dikenal dengan Peristiwa Madiun, di pimpin oleh Muso. Kemudian 30 September 1965 setelah didahului berbagai peristiwa berdarah yang dilakukan PKI dan antek-anteknya, mereka melakukan kudeta, mengambil alih kekuasaan dari Pemerintah RI yang sah dan lalu mendirikan Dewan Revolusi di pimpin Kol. Untung. Alhamdulillah, Puji syukur ke Hadlirat Allah SWT karena berkat pertolongan-Nya jualah melalui tangan dingin kepemimpinan Pak Harto dan ABRI serta seluruh rakyat Indonesia yang memang tidak ingin komunisme ada, maka gerakan pemberontak itu dapat dipatahkan dalam tempo sangat singkat.

Bahaya Laten Komunisme.
Pertanyaan yang perlu kita kaji, apakah bahaya komunisme sudah lenyap? Belum, masih ada bahaya latent, bahaya tersembunyi, yang mengintai, mengancam kita. Mereka terus berusaha dengan cara apa saja agar dapat mencari pengikut, bangkit, berkembang. Kita harus jeli karena istilah komunis pasti tidak akan dipakai, sebab akan langsung diganyang. Mereka akan muncul dengan nama lain, istilah baru, baju baru, wajah baru yang mana kalau kita tidak berhati-hati, akan tertipu dengan penampilan barunya. Itulah Neo-komunisme, komunisme baru, komunis modern yang perjuangannya menyesuaikan diri dengan zaman dan tempat di mana mereka hidup.

Mereka bergerak dengan mengatas namakan rakyat yang tertindas, mengatas namakan hak azasi manusia serta mengatas namakan demokrasi. Kalau diteliti doktrin-doktrin organisasinya, jelas mereka itu penganut komunisme. Dari sepak terjangnya yaitu membuat kerusuhan secara agitasi (menghasut), mobilisasi massa (menggerakkan) karyawan pabrik untuk melakukan mogok kerja dengan alasan upah rendah. Dari penyidikan petugas Kepolisian ternyata mereka juga menjalin hubungan dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) luar negeri dan LSM dalam negeri yang selalu tidak puas dan mengkritik apa-apa yang dilakukan Pemerintah kita. Sayang, mereka masih muda, tetapi terjerumus ke jalan dan cara yang salah. Kita tidak tahu siapa yang telah membawa dan mendidik mereka menjadi komunis.

Jadi, terbukti benar bahwa bahaya latent PKI itu terus ada dan membayangi kita terutama para generasi muda. Apalagi masih banyak orang-orang PKI eks pulau Buru yang kini telah dibebaskan dan membaur pada masyarakat. Di antara mereka pasti masih ada yang belum dan tidak tobat karena mereka adalah kader-kader PKI yang tidak mungkin kita ketahui kadar militansi dan loyalitas nya kepada partai (PKI). Mereka mempunyai pola, bergerak tanpa bentuk. Dulu populer sebutan PKI malam yang ibarat musang berbulu ayam, mereka bergaul dengan kita, ada di sekitar kita dengan mudah dengan tampilan yang aneka rupa; dengan cara halus mempengaruhi jalan fikiran kita. Mereka bisa saja seperti orang pada umumnya, ber profesi guru, dosen, pengusaha, pegawai, pejabat bahkan bisa sebagai da’i, ustadz. Mereka adalah pengikut syetan, iblis yang terus tanpa bosan dan lelah selalu berupaya menjerumuskan kita untuk menjadi pengikutnya.

Kita patut bersyukur karena untuk hal ini Pemerintah telah waspada, melalui litsus, penelitian khusus bagi setiap calon anggota parpol, anggota MPR/DPR dan juga bagi setiap calon pegawai negeri dan ABRI. Bagaimana swasta? Belum ada litsus. Berarti peluang mereka masih ada, walaupun tidak tertutup kemungkinan di pemerintahan dan ABRI serta parpol akan tetap dapat tersusupi; karena mereka dapat bergerak tanpa bentuk, sehingga sulit untuk dikenali.

Kita dapat melakukan identifikasi, mengenali mereka dari berita yang disampaikannya yaitu selalu bernada agitasi, menghasut. Kita harus hati-hati dalam menilainya karena cara mereka dalam melakukan agitasi itu sangat halus, hingga tanpa disadari kita telah terpengaruh olehnya dan tanpa disadari pula bahwa itu adalah agitasi mereka. Persis seperti pekerjaan syetan, iblis yang sangat halus. Jadi kalau ada orang (walaupun dia kyai terkenal sekalipun, apalagi cuma da’i tanggung) yang menyampaikan suatu informasi bersifat hasud, maka lebih baik hati-hati, teliti dulu, apakah berakibat baik atau buruk bagi diri kita sendiri maupun bagi kepentingan umat.
Sesuai firman Allah SWT , Artinya :“Hai orang-orang yang beriman jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang membuat kamu menyesal atas perbuatanmu”. (Al Hujurat : 6)

Jangan terpengaruh dan kemudian kita sampaikan pula berita itu ke pihak lain. Apalagi kalau suara kita dipercaya umat. Keadaan dapat menjadi kacau dan rusuh. Justru situasi itu yang diinginkannya : KEKACAUAN. Pada sa’at itu orang yang telah datang menghasud kita akan menghilang dan tinggal kita yang terkena getahnya, berurusan dengan pihak keamanan. Kita dituduh menjadi biang kerok, pembuat onar, subversif dstnya.

Bagaimana & Dimana Komunisme Bisa Tumbuh?
Nabi SAW pernah bersabda bahwasanya kefakiran (kemiskinan) itu sangat dekat dengan kekufuran, menentang Allah. Sejarah menunjukkan bahwa berkembangnya komunisme di dunia dan juga di Indonesia adalah di lingkungan di mana perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin begitu besar dan sangat mencolok. Lihat komunisme Rusia (Bolsewik) pada masa Czar Nikolas dan di Tiongkok pada masa awal Republik Cina yang didirikan oleh Sun Yat Sen sesudah sekian ribu tahun rakyat Cina sengsara dibawah pemerintahan kerajaan-kerajaan. Akhirnya Cina terbagi dua, yang Nasionalis (Kuo Min Tang) lari ke Taiwan dan yang menang, Komunis tinggal di daratan Cina. Demikian juga Perancis saat peristiwa di Bastile, sehingga ada istilah borjuis di kalangan komunis dari kata bahasa Perancis yang menunjukkan kaum feodal dan orang kaya yang memeras rakyat. Si kaya bertindak semena-mena; yang miskin merasa tertindas tetapi tidak mampu mengatasinya. Di kalangan orang miskin tertindas inilah komunisme tumbuh subur. Mengapa? Faham komunisme menginginkan dihapusnya perbedaan kaya-miskin dengan cara membentuk suatu sistem masyarakat dimana sarana-sarana produksi dimiliki secara bersama (kolektif, komune) dan pembagian produksi dilakukan berdasarkan azas bahwa setiap anggota masyarakat dapat memperoleh hasil bagian sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata lain komunisme tidak mengakui atau tidak membolehkan adanya harta milik pribadi. Semua milik bersama. Slogannya, sama rata-sama rasa. Itulah sebabnya faham ini mendapat sambutan hangat dari kaum miskin yang tertindas. Akibat dari kemiskinan itu timbul efek lain yaitu tidak ta’at kepada agama, malahan oleh Komunisme agama dianggap candu yang merusak pikiran. Itulah pula sebabnya mengapa pada masa jaya komunis di Rusia dan Cina, agama dilarang.
Jadi terbuktilah bahwa hadits Nabi SAW yang mengatakan : “Hampir saja kefakiran berubah menjadi kekufuran”. (HR. At Thabrani)

Akhir Zaman Komunisme.
Komunisme pada akhir abad ke 20 ini mulai runtuh karena sistem itu ternyata tidak dapat memenuhi keinginan kaum miskin. Lihat kehancuran komunisme di Polandia, Rusia dan negeri-negeri Balkan lain yang menjadi sputnik (satelit) nya Rusia. Mengapa? Nyatanya di bawah sistem komunisme, mereka tetap saja miskin dan bahkan lebih tertindas lagi. Teror dan intimidasi ada di mana-mana yang dilakukan oleh para penguasa yang ingin tetap mempertahankan kedudukan dan kekuasaannya; karena para penguasa itu mendapat fasilitas jauh lebih baik dari warga biasa.

Jum'at, 15 Jumadil Akhir 1418 H - 17 Oktober 1997

(Bersambung dengan tulisan : Islam Menentang Komunisme).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar