Senin, 28 Juni 2010

ANAK SALEH - Dambaan Orang Tua Muslim

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman, Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (At Thuur : 21)

Kalau kita ikuti berita-berita surat kabar atau media siar tv rasanya tiada hari tanpa tawuran pelajar atau mahasiswa. Bahkan tawuran tersebut bukan yang biasa lagi seperti layaknya kenakalan remaja tetapi merupakan tawuran berdarah yang telah menelan korban jiwa tidak sedikit. Korban telah jatuh, tetapi tawuran bukannya surut justru seolah-olah semakin memacu mereka untuk berbuat lebih banyak, lebih sering, lebih nekat sehingga semakin banyak pula anak-anak pelajar yang mati sia-sia. Sia-sia karena “perjuangan” mereka bukan atas dasar bela negara, bela agama atau membela orang-orang tertindas. Kematian mereka hanya mati konyol, tidak membuahkan kebaikan apapun, kecuali hanya penyesalan yang tidak ada gunanya bagi kedua orang tua. Memang, yang namanya penyesalan selalu saja datang terlambat ketika musibah sudah terjadi.

Tawuran pelajar kalau sudah menelan korban jiwa maka sudah merupakan tindak kriminal, tindak kejahatan yang harus diadili sesuai hukum berlaku. Tidak ada suatu alasanpun yang dapat mema’afkan tindakan mereka ataupun dapat melepaskan mereka dari sanksi hukum. Dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman : “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (Al Israa’ : 33)

Agar tawuran tidak terulang, si pelaku jera dan yang lain tidak menirunya, maka hukum harus ditegakkan secara benar dan adil. Kebenaran hukum harus ditegakkan dan keadilan hukum harus ditegakkan pula kepada setiap orang yang terlibat.
Firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Maaidah : 8) (Lihat juga surah An Nisaa’ : 135)

Kenakalan & Kejahatan Para Anak Remaja
Disebut kenakalan remaja bila hanya menjengkelkan hati orang misalnya seorang anak remaja putra suka usil (suka menggoda) anak remaja putri. Hal itu dianggap lumrah, biasa terjadi untuk anak remaja seusia mereka. Tetapi remaja sekarang sudah jauh melampaui remaja dulu yang lumrah itu karena mereka sudah cenderung merugikan orang lain, baik secara kebendaan maupun kejiwaan. Remaja sekarang berani melakukan tindakan kriminal seperti kejahatan merampas dan mencuri harta benda, menyakiti serta membunuh (bahkan orang tua sendiri), melakukan transaksi jual beli dan juga mengkonsumsi narkoba, melakukan hubungan seksual tanpa nikah dan juga perkosaan, dsbnya.

Mengapa bisa terjadi? Segala macam pendapat dikeluarkan orang untuk menjawab. Ada yang berkata karena kurang diberi pendidikan akhlak atau agama, baik di sekolah maupun di rumah. Ada yang mengatakan akibat kurang harmonis hubungan keluarga di rumah. Ada yang mengaitkannya dengan lingkungan yang kumuh, dengan masalah kemiskinan, dsbnya. Untuk jawaban yang tepat, kita telaah sabda Nabi SAW berikut : “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nashrani maupun Majusi. Sebagaimana seekor ternak yang melahirkan seekor ternak tanpa cacat, apakah kamu mengira dia terpotong hidungnya misalnya?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Teladan Orang Tua
Kesalahan terletak pada orang tuanya apabila ada anak yang bermasalah. Kesalahan utama adalah tidak mendidiknya dengan baik (terutama ilmu agama). Agama mengajarkan mana yang boleh (halal) dan yang tidak boleh (haram). Agamapun mengajarkan pula cara mendidik yang baik. Salah satu cara mendidik yang baik adalah dengan memberi teladan kepada si anak. Jangan bertentangan antara teori yang diajarkan dengan yang dipraktekkan sehari-hari. Misal orang tua mengatakan tidak boleh berdusta, tetapi si orang tua sendiri suka berdusta kepada anaknya; suka berjanji kepada anak tetapi tidak ditepati. Si ayah menyuruh anak mengerjakan sholat, tetapi dia sendiri tidak sholat. Itulah salah satu sebab mengapa ada anak yang tidak patuh kepada orang tua. Dan yang muncul kelak adalah anak bermasalah bukan anak saleh seperti yang diharapkan. Jadi anak bermasalah timbul dari orang tua bermasalah pula. Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Ash Shaaf : 2-3)

Amat besar kebencian di sisi Allah; maka akibat yang dirasakan oleh si orang tua semasa di dunia karena tidak menjadi teladan bagi anaknya adalah anak tidak patuh kepadanya, anak tidak menjadi anak saleh serta di akhirat nanti akan lebih berat lagi azab yang akan diterimanya.

Nabi SAW bersabda : “Pada hari kiamat didatangkan seorang laki-laki dan dilemparkan ke dalam neraka kemudian ususnya terburai. Kemudian dia mengitari usus itu bagai keledai mengitari batu penggilingan. Lalu penduduk neraka mengelilinginya seraya berkata : “Hai Fulan, mengapa kau jadi begitu? Bukankah dahulu kau suka menyuruh manusia mengerjakan kebaikan dan melarang manusia mengerjaklan kejahatan? Si Fulan menjawab : “Benar, dulu aku suka menyuruh manusia berbuat ma’ruf, tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Aku menyuruh manusia meninggalkan perbuatan jahat, tapi aku sendiri mengerjakannya.” (HR. Muslim)

Anak Yang Saleh
Orang tua selalu mendambakan agar anaknya menjadi anak saleh, menjadi anak yang patuh. Dalam ajaran Islam pengertian anak yang saleh adalah anak yang ta’at kepada perintah dan larangan Allah SWT, berbakti kepada kedua orang tua serta selalu berdo’a memohonkan ampun atas dosa-dosa kedua orang tua, baik selagi keduanya masih hidup ataupun sesudah keduanya meninggal dunia.

Allah SWT berfirman : “Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). “ (Al An’aam : 151)

Berbuat baik kepada ibu dan bapa adalah kewajiban kedua sesudah ketauhidan (mengesakan Allah Ta’ala). Berbuat baik kepada keduanya, antara lain yaitu tidak menyakiti hatinya, sesuai firman Allah SWT : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.“ (Al Israa’ : 23)

Walaupun kedua orang tua tersebut berlainan akidah (belum Islam), tidak ada sesuatu yang menghalangi untuk berbuat baik kepada mereka sesuai perintah Allah SWT : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “. (Luqman : 15)

Perbuatan baik kepada kedua orang tua tetap masih terus berlanjut walaupun keduanya sudah tiada, yaitu dengan cara mendo’akan dan memohonkan ampun atas dosa-dosanya. Do’a lah yang menjadi penghubung di antara orang-orang Muslim, antara anak dan orang tua dimanapun mereka berada. Allah SWT berfirman : “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (At Thuur : 21)
Arahkanlah pendidikan anak-anak agar mereka menjadi anak saleh, karena pahala amalan seseorang terputus sesudah meninggalnya, kecuali tiga hal yaitu pahala amal jariahnya, manfa’at ilmu yang diajarkannya dan do’a anak saleh.

Waladzikrullahi Akbar.

Jumat , 29 Jumadil Ula 1420 H - 10 September 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar