Minggu, 20 Juni 2010

ISA AL MASIH - Dalam Pandangan Islam

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman, Artinya: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Hanya sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah, dan (dijadikan) dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari pada-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan janganlah kamu mengatakan, “Tuhan itu tiga”. Berhentilah kamu (dari pengakuan itu), itu lebih baik bagimu. Hanya sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Esa, Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Milik-Nya apa yang di langit dan di bumi. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung”. (An Nisaa’ : 171)

Menurut edaran dari Departemen Agama RI yang dikeluarkan pada tahun lalu maka berdasarkan almanak tahun Miladiah (Masehi) pada tanggal 10 April 1998 ini seluruh kegiatan kantor Pemerintah, swasta dan sekolah-sekolah diliburkan dalam rangka peringatan hari wafat Isa Almasih. Walaupun dalam Islam dikenal juga Nabi Isa as putra Maryam yang diutus Allah kepada Bani Israil, tetapi penetapan waktu peringatan tersebut bukanlah berdasarkan tarikh atau sejarah Islam melainkan berdasarkan perhitungan orang-orang Nasrani.

Ada yang bertanya, “Bolehkah ummat Islam turut merayakan hari wafat Isa Almasih itu karena di dalam Al Qur’an namanya juga disebut ?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka sebagai umat Islam kita harus menela’ahnya berdasarkan sejarah Islam yaitu dari berita resmi dan dokumen-dokumen resmi yang kita percaya kebenarannya; yaitu dari Al Qur’an dan Al Hadits, sesuai sabda Nabi SAW :“Aku tinggalkan untuk kalian 2 (dua) perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah Rasulullah SAW”. (HR. Muslim)

Isa a.s. Dalam Al Qur’an.

Siapakah Isa Almasih menurut Al Qur’an ?

1. Isa Almasih adalah putera dari seorang wanita suci bernama Siti Maryam, yang dimuliakan Allah. Dia tidak bersuami tetapi dengan kekuasaan dan kehendak Allah SWT melalui tiupan ruh ke dalam rahimnya maka tumbuh janin yang kelak dinamakan Isa (Lihat surah An Nisaa’ ayat 171 di atas).

Firman Allah SWT ; Artinya : “(Ingatlah) ketika malaikat berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah memberi khabar gembira kepada engkau dengan perkataan (perintah) dari Allah namanya Almasih Isa putra Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan salah seorang daripada orang-orang yang dekat (kepada Allah)”. (Ali Imraan : 45)

2. Nabi Isa as hanya diutus kepada kaum Bani Israil a.l. tugasnya untuk menyampaikan kabar tentang kedatangan Nabi terakhir yang bernama “Ahmad”.

Firman Allah SWT ; Artinya :“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan apa yang sebelumnya dari Taurat pemberi khabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad”. Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan keterangan-keterangan, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata”. (As Shaaf : 6)

3. Nabi Isa a.s. tidak mati dibunuh di tiang salib. Yang mereka bunuh dan salibkan itu adalah orang lain yang diserupakan dengan Isa bagi mereka (Menurut kisah dia adalah pengikut Isa yang berkhianat yaitu Judas Iscariot).

Firman Allah SWT; Artinya : “Dan perkataan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”. Mereka tidak membunuh nya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih (faham) tentang Isa, benar-benar dalam keraguan padanya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin”. (An Nisaa’ : 157)

4. Nabi Isa a.s. tidak wafat melainkan diangkat Allah ke sisi-Nya.
Firman Allah SWT ; Artinya : “Tetapi Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan Allah adalah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (An Nisaa’ : 158)

Hari Wafat Isa Almasih.

Berdasarkan ayat di atas jelaslah bahwa Nabi Isa a.s. belum wafat. Sa’at ini beliau berada di suatu tempat di sisi Allah dan kelak menjelang kiamat akan diturunkan ke bumi untuk menegakkan syariat agama Islam, menghancurkan salib serta membasmi babi. Sesudah tugasnya selesai barulah kelak akan diwafatkan seperti manusia biasa.
Firman Allah SWT ; Artinya : “Dan tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab melainkan akan beriman kepada Isa sebelum matinya, dan pada hari kiamat dia menjadi saksi terhadap mereka”. (An Nisaa’ : 159)

Dalam suatu hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda :“Nabi-nabi itu adalah saudara seayah, ibunya berbeda-beda, dan agama mereka itu satu. Aku hanya yang paling dekat dengan Nabi Isa bin Maryam; sesungguhnya antara aku dan beliau tidak ada seorang nabi, dan sesungguhnya beliau adalah khalifah (pengganti) ku di tengah-tengah ummatku, dan sesungguhnya beliau akan turun lalu membunuh babi hutan, memecahkan tanda salib, menghapus pajak, menghentikan peperangan dengan segala kelengkapannya, menjadikan bumi ini penuh dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana (sebelumnya) penuh dengan kecurangan dan kedzaliman sehingga harimau berkumpul bersama unta, singa berkumpul dengan sapi, serigala berkumpul dengan kambing sehingga anak-anak kecil bermain ular”. (Tanbihul Ghafilin)

Dengan demikian perayaan hari wafatnya Isa Almasih adalah batal menurut Al Qur’an dan kita umat Islam tidak layak untuk turut memperingati. Kalaupun menurut ketentuan Dep. Agama hari itu libur dalam rangka memperingatinya, maka itu adalah untuk memberikan kesempatan kepada orang Nasrani untuk merayakannya. Ini sama halnya kita umat Islam Indonesia yang mendapat kesempatan untuk merayakan hari-hari besar Islam seperti dua hari raya Ied, Isra’ Mi’raj dan Maulid Nabi. Seperti kita ketahui Pancasila, falsafah negara kita memberi kesempatan kepada para warganya untuk beragama sesuai kepercayaan dan keyakinannya.

Kalaupun umat Islam pada sa’at ini ikut merasakan hari libur itu, maka bukanlah berarti ikut merayakan, melainkan sebagai toleransi dalam beragama dari falsafah Pancasila. Yang perlu kita jaga adalah prinsip dalam agama kita yaitu ; Artinya :
“Katakanlah, “Hai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku bukan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku”. (Surah Al Kaafiruun : 1 - 6)

Jum'at, 13 Dzulhijjah 1418 H - 10 April 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar