Rabu, 30 Juni 2010

ISTIGHFAR - Membersihkan Hati Dari Dosa

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman, Artinya: "Dan hendaklah kamu memohon ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kesenangan yang baik kepada kamu sampai ajal yang ditentukan. Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang mempunyai kebaikan. Dan jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)". (Huud : 3)
Istighfar

Dalam tubuh setiap manusia ada satu benda yang bernama hati. Yang dimaksud dengan hati disini adalah hati yang berkaitan dengan perasaan manusia, kalbu (qalb). Hati inilah yang kadang-kadang mengendalikan segala tingkah laku manusia. Sehingga bila ada orang yang telah bertindak di luar batas maka dia akan disebut “orang yang tidak punya hati”. Sedangkan orang yang tidak dapat melampiaskan marah kepada orang yang dianggapnya lemah maka dia akan mengatakan “tidak sampai hati”.

Perasaan hati ini, yang selalu dikenal dalam bentuk emosi, memegang peran besar dalam hidup manusia misalnya dalam suatu proses pengambilan keputusan, menentukan satu pilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan yang ada. Walaupun rasio (akal) sudah mengatakan “ya”, tetapi bila hati belum maka pilihan tetap belum dijatuhkan.
Perasaan hati atau emosi ini yang paling sering terbuai olehnya adalah para kaum wanita. Wanita lebih sering menggunakan perasaannya dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka mudah iba hati atau lemah hati. Itulah sebabnya dalam hukum Islam bila akan mengambil wanita sebagai saksi dalam suatu perkara maka harus dua, artinya satu saksi laki-laki adalah setara dengan dua saksi wanita. Dalam satu hadits riwayat Abdullah bin Umar ra.: Dari Rasulullah saw. beliau bersabda : “Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istighfar (memohon ampun). Karena, aku melihat kalian lebih banyak menjadi penghuni neraka.” Seorang wanita yang cukup pintar di antara mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang lebih banyak menjadi penghuni neraka?” Rasulullah saw. menjawab: “Kalian banyak mengutuk dan mengingkari kebaikan suami. Aku tidak melihat kekurangan akal dan agama yang lebih menguasai pemilik akal daripada kalian.” Wanita itu bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah kekurangan akal dan agama itu?”. Rasulullah saw. menjawab: “Yang dimaksud dengan kurang pada akal adalah karena dua orang saksi wanita sama dengan seorang saksi pria. Ini adalah kekurangan akal. Wanita menghabisi waktu malam-nya tanpa mengerjakan shalat dan tidak puasa di bulan Ramadlan (ka-rena haidh), ini adalah kekurangan pada agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perasaan hati (kalbu) atau dalam bahasa Arab disebut qalb yang mana juga berarti “tidak tetap”, adalah sesuai namanya suka tidak tetap, suka berbolak-balik. Sebentar begini, sebentar begitu tergantung sua-sana hati orang tersebut pada sa’at itu. Kalau yang keterlaluan maka dia akan disebut “orang yang tidak punya pendirian”. Karena hati itu mempunyai sifat tidak tetap atau mudah berubah-ubah maka diapun dapat pula menjadi rusak.

Tahapan Rusaknya Hati.
Bagaimana tahap rusaknya hati? Diriwayatkan Nabi SAW bersabda : "Seorang mukmin, apabila berbuat suatu dosa, akan tampak suatu titik hitam di hatinya. Maka jika ia bertobat dan beristighfar, hatinyapun menjadi bersih kembali. Tetapi jika ia menambah perbuatan dosanya, titik-titik hitam itupun makin bertambah, sedemikian sehingga meliputi seluruh hatinya. Dan itulah kotoran dan kenistaan yang menutupi hati, sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya : "Kallaa bal raana 'alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun – Sebenarnyalah apa-apa (dosa-dosa) yang mereka lakukan itu menutupi hati mereka (Al Muthaffifiin : 14)". (HR. Tirmidzi)

Dengan demikian rusaknya hati itu adalah akibat dosa yang diperbuat sbb :
1) Setiap kali seseorang berbuat dosa maka ternodalah permukaan hatinya dengan titik hitam.
2) Bila semakin sering berbuat dosa maka akan semakin besar pula noda itu menutup hati.
3) Bila sudah semua tertutup maka noda itu akan melapisi bagian yang sudah tertutup sehingga lapisannya lebih tebal.
4) Demikian seterusnya semakin berbuat dosa maka semakin tebal pula lapisan noda itu menutup hati.
5) Bila semakin tebal noda yang menutup hati maka akan semakin sulit dia mendapatkan petunjuk.
6) Selanjutnya kalau hati sudah tidak pernah mendapat petunjuk/pengajaran maka hati itu menjadi beku dan keras. Ciri orang yang hatinya beku dan keras ialah bila diberitahu bahwa dia salah atau tidak benar ataupun diajak untuk berbuat kebaikan maka dia akan marah karena dia merasa sudah benar. Hati yang beku dan keras menandakan hati itu telah rusak dan jika ia rusak maka rusak pula tubuh orang itu.

Dengan demikian hati ini memegang peran penting dalam jalan kehidupan seseorang, itulah sebab-nya Nabi SAW telah bersabda : “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal daging, yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh itu, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ketahuilah, itulah hati”. (Dalam An Nashaaih ad-dini-yah wal-washaaya al-imaaniyah)

Kalau hati telah tertutup, dan segala petunjuk kebaikan tidak dapat diterima lagi, maka bagi mereka adalah azab yang sangat berat, sesuai firman Allah SWT :
"Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada penutup; dan bagi mereka azab yang berat". (Al Baqarah : 7)

Membersihkan Hati.
Adakah cara atau alat pembersih hati dari noda yang tebal, berkarat ataupun yang masih tipis, sedikit? Sesuai hadist di atas (HR. Tirmidzi) Rasulullah memberi petunjuk agar seseorang itu menggerakkan lidah dan hatinya untuk beristighfar, mohon ampunan dari Allah SWT : "Maka jika ia bertobat dan beristighfar, hatinyapun menjadi bersih kembali ". (HR. Tirmidzi)

Selalu tetap tiap hari yang dilaluinya memohon ampunan kepada Allah karena Nabi SAW yang maksum (terlindung dari perbuatan dosa) sekalipun tetap melakukannya :
"Demi Allah, aku suka beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam satu hari lebih dari 70 kali". (HR. Bukhari)

Kita ketahui bahwa Iblis adalah makhluk pertama yang berbuat dosa, tidak ta'at pada perintah Allah untuk sujud menghormati Adam as; karena sombong, merasa lebih tinggi derajatnya. Lalu bani Adam diancam akan disesatkannya dengan segala macam cara (Al A'raaf : 11-25). Namun Allah berfirman bahwa ampunan-Nya bagi manusia yang terhasut tidak akan berhenti selama bani Adam mau taubat, beristighfar demikian sabda Rasulullah SAW : "Iblis berkata kepada Robbnya, "Dengan keagungan dan kebesaran-Mu aku tidak akan berhenti menyesatkan bani Adam selama mereka masih bernyawa." Lalu Allah berfirman : "Dengan keagungan dan kebesaran-Ku, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka beristighfar." (HR. Ahmad)

Manfa’at Istighfar.
Di samping sebagai pembersih hati mendapat ampunan maka istighfar itu bagi orang Muslim mempunyai manfa’at lain, yaitu :

1. Mendapat pertolongan bila dalam kesulitan.
2. Memperoleh rezeki dari arah yang tidak pernah diduga-duga. Demikian sabda Rasulullah SAW : "Barangsiapa yang memperbanyak istighfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan dan mem berinya jalan keluar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duganya". (HR. Abu Dawud)

3. Istighfar, mohon ampun dapat juga dilakukan sebagai hadiah bagi orang-orang yang sudah mati, demikian diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda : "Seorang mayit dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang minta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak dan kawan yang terpercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya baginya lebih disukai dari dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah 'Azza wajalla menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung-gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah mohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka". (HR. Ad Dailami)

Menjadi penghuni surga.
Dalam suatu riwayat Rasulullah SAW mengajarkan do'a sayidul istighfar :
"Allahumma anta rabbiy laa ilaaha illa anta khalaqtaniy wa anaa 'abduka wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu abuu-u laka bi ni'matika 'alayya wa abuu-u bi dzanbiy faghfirliy fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta"

"Ya Allah, Engkaulah Robbku, tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkau Penciptaku dan aku hamba-Mu yang tetap dalam kesetiaan dan janjiku sepanjang kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan apa yang aku perbuat. Aku mengakui-Mu dengan nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku dan aku mengakui dosaku. Karena itu, ampunilah aku, sebab tiada yang bisa mengampuni dosa-dosa selain Engkau."

Kemudian Nabi SAW bersabda : "Barangsiapa mengucapkan do'a itu dengan penuh keyakinan pada siang hari dan ternyata wafat pada hari itu sebelum senja maka dia tergolong penghuni surga. Barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dengan penuh keyakinan dan wafat sebelum subuh maka dia tergolong penghuni surga pula". (HR. Bukhari)

Demikian, semoga bermanfa’at dan mudah-mudahan Allah mengampuni dosa dan memudahkan rezeki di masa sulit ini. Amien.

Jumat, 4 Jumadil Akhir 1419 H - 25 September 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar